Magelang adalah kota seribu Candi. Salah satunya adalah Candi Selogriyo. Candi ini mempunyai nilai eksotisme yang mengagumkan. Sekilas mirip Candi Gedong Songo dan Candi Dieng. Ketiganya sama-sama dibangun di atas lereng gunung/bukit. Candi Selogriyo dibangun di lereng tiga bukit yaitu bukit Giyanti, Condong dan Malang.
Maka ketika ingin berkunjung di Candi Selogriyo berarti harus menyiapkan diri dengan jalan kaki. Sebab satu-satunya akses menuju ke candi adalah jalan setapak yang melewati persawahan penduduk. Dalam perjalanan menuju candi, kita akan melihat panorama alam ketiga bukit yang mempesona.
Secara administratif Candi Selogriyo terletak di Dusun Campurejo, Desa Kembangkuning, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan bukti peninggalan yang ada, maka dapat dipastikan bahwa Candi Selogriyo adalah candi yang bercorak Hindu. Sebab di bilik candi ditemukan arca Ganesha, Durga dan Agastya. Seperti candi Hindu di Jawa Tengah pada umumnya, Candi Selogriyo menghadap ke timur. Candi Selogriyo diperkirakan dibangun abad ke-8 pada masa Sanjaya. Bentuk candinya adalah candi tunggal.
Fungsi candi seperti pada umumnya untuk pemujaan. Namun berdasar bentuknya yang tunggal, ada kemungkinan Candi Selogriyo juga difungsikan sebagai tempat bersemedi.
Didalam tubuh candi terdapat lima arca yang disebut-sebut sebagai perwujudan dewa. Arca-arca tersebut antara lain Durga Mahisasuramardini (dinding utara), Ganesha (dinding barat), Agastya (dinding selatan), serta Nandiswara dan Mahakala (dinding timur). Dua arca terakhir berada di kiri dan kanan pintu candi.
Candi Selogriyo adalah candi yang tidak terdapat perwara. Barangkali ini yang menjadi keistimewaan dibanding candi Hindu lainnya. Menurut Priyo Sularso (https://candi.perpusnas.go.id/temples/deskripsi-jawa_tengah, candi ini kemuncaknya berbentuk buah keben. Kemuncak tersebut disebut amalaka.
Keberadaan candi yang mempunyai eksotisme dan nilai sejarah penting, sepertinya kurang mendapatkan perhatian dari masyarakatnya. Jumlah kunjungan dari masyarakat berdasar informasi juru kunci candi relatif kecil. Pendek kata "kerdipan" mata anak negeri belum banyak tertuju pada peninggalan bersejarah itu.
Namun berdasar pengamatan, justru sering dikunjungi oleh wisatawan asing, baik Korea Selatan, USA, Jepang, Australia, Jerman, Belanda, Portugal, secara khusus Perancis. Pada saat penulis berkunjung berkesemapatan bertemu dan berbincang dengan wisatawan dari Perancis.
Pada saat pengamatan di lokasi terdapat bukti kunjungan beberapa wisatawan manca negara yang tertarik dengan keindahan dan sejarah Candi Selogriyo.
Anak negeri, marilah kita "kerdipkan" mata untuk mencintai peninggalan masa lalu bangsa kita, sebelum bangsa lain ingin memilikinya. Ayo...!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H