Lihat ke Halaman Asli

cipto lelono

TERVERIFIKASI

Sudah Pensiun Sebagai Guru

Langkah Menyusun Branding Sekolah

Diperbarui: 19 Februari 2021   14:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Dok Humas SDIT Larish Magelang

Branding sekolah bisa dipahami sebagai kondisi spesial yang menarik yang dimiliki oleh sekolah. Branding tersebut kemudian dianggap sebagai wajah khusus yang membedakan dengan sekolah lain. Sehingga muncul istilah sekolah olah raga, sekolah seni, sekolah wirausaha,dll.

Intinya branding sekolah itu penting bagi sekolah. Setidaknya bisa menunjukkan kepada masyarakat tentang layanan spesial yang akan diberikan oleh sekolah. Sehingga menyusun branding sekolah diperlukan langkah-langkah tertentu. Langkah-langkah itu diperlukan agar branding yang disusun bukan plagiasi, atau sekedar ikut-ikutan. Tetapi berdasar pada proses dan pertimbangan yang realistik.

Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan dalam menyusun branding sekolah.

Pertama,   lakukan identifikasi potensi peserta didik yang sebagian besar dimiliki oleh peserta didik. Setidaknya sekolah bisa memperoleh gambaran umum potensi peserta didiknya. Langkah ini penting, agar penentuan branding sekolah tetap berorientasi pada kemampuan peserta didik.

Kedua, lakukan identifikasi tentang potensi guru yang akan menjadi pendamping peserta didik dalam menjalankan branding sekolah. Langkah ini penting agar penentuan branding bisa dilakukan oleh potensi internal sekolah, walaupun sekolah boleh bersinergi dengan unsur-unsur terkait di luar sekolah.

Ketiga, lakukan identifikasi kearifan lokal yang berkembang di lingkungan sekolah. Langkah ini penting agar penentuan branding sekolah tetap bisa bersinergi dengan lingkungan sosial di mana sekolah berada.

Keempat, lakukan identifikasi potensi yang ada di lingkungan di mana sekolah berada, baik sosial, ekonomi, agama maupun budayanya. Langkah ini setidaknya bisa menjadi pertimbangan dalam menentukan branding sekolah.

Kelima, lakukan identifikasi kondisi sosial ekonomi wali murid yang "menyekolahkan" putra-putrinya di sekolah. Langkah ini setidaknya untuk memberikan gambaran tentang kemungkinan kontribusi baik anggaran maupun skill yang dibutuhkan.

Dari beberapa langkah tersebut, sekolah bisa menyusun skala prioritas berdasar potensi internal  yang memungkinkan baik sumber daya manusia, skill maupun ketersediaan dana penopang. Setelah itu tetapkan branding dengan pertimbangan yang memungkinkan bisa dilakukan oleh sekolah.

Misalnya, hasil identifikasi terhadap peserta didik banyak yang berminat dengan kegiatan seni. Guru-guru juga senang dengan kegiatan seni. Ketepatan sekolah tersebut berada di tengah masyarakat yang berprofesi sebagai seniman-seniman lokal. Wali murid juga ditemukan beberapa yang berprofesi sebagai penari tarian lokal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline