Setiap profesi mempunyai mantra masing-masing. Mantra seorang politisi tentu lebih berkaitan dengan kekuasaan. Mantra seorang dokter tentu berkaitan dengan kesehatan. Lalu, apa mantra guru kepada peserta didiknya..? Yang pasti akan berkaitan dengan penyiapan masa depan peserta didiknya. Namun secara lebih riil, setidaknya kita menemukan 3 mantra guru.
Mantra pertama, anak-anak belajar yang giat ya...!. Kalimat ini pasti akan keluar dari lisan guru baik TK,SD,SLTP maupun SLTA. Pada saat sudah memasuki perguruan tinggi, guru sudah tidak lagi mempunyai mantra kepada mereka, sebab peserta didiknya sudah meningkat statusnya sebagai mahasiswa.
Mengapa mantra agar peserta didiknya agar belajar giat ? sebab guru pasti menyadari, bahwa segenap peserta didik dengan segala perbedaanya; harus mempunyai masa depan yang harus disiapkan sejak dini. Belajarlah yang menjadi modal paling kuat dalam menentukan opsi masa depan yang dipilihnya.
Mengapa harus belajar ? karena dengan belajar peserta didik akan mendapat menu intelektualnya yang menyehatkan. Sehatnya intelektual akan mendorong berkembangnya wawasan. Di sinilah akan mendorong munculnya kreativitas, inovasi maupun sikap kritis dan analitik peserta didik.
Mantra ke dua, berbatilah kepada kedua orang tuamu !. Kalimat ini juga akan keluar dari lisan guru baik kepada peserta didiknya tingkat TK,SD,SLTP maupun SLTA. Mengapa kalimat itu mesti keluar dari lisan guru ? Sebab guru menyadari penuh bahwa orang tua mempunyai jasa terbanyak bagi peserta didiknya yang tidak mungkin akan bisa dibalas.
Bahkan kata-kata yang keluar dari lisan sang ibu, entah itu baik apalagi kutukan, pasti akan menjadi kenyataan. Pendek kata, mantra kedua guru berkaitan dengan sarana penting bagi peserta didiknya dalam mewujudkan cita-citanya. Sebab keberhasilan masa depan peserta didiknya, tidak semata-mata kecerdasan intelektualnya, namun juga ridho dan restu orang tua (khususnya ibunya).
Mantra ke tiga, hormatilah gurumu. Mantra ini memang tidak akan terucapkan secara langsung dari lisan guru. Tetapi guru senantiasa menanamkan nilai-nilai sikap dan perilaku santun kepada guru. Mengapa mantra ini juga ditiupkan kepada peserta didik..? Sebab guru juga menyadari betapa bahayanya ketika peserta didik sampai berani kepada gurunya.
Guru mempunyai hubungan yang bersifat "batiniyah" terhadap peserta didiknya. Maka suka dan duka peserta didiknya juga merupakan suka dan duka gurunya. Hembusan nafas guru kepada peserta didiknya adalah nafas pengabdian yang tulus ikhlas. Maka sikap kurang ajar peserta didik kepada gurunya, pasti akan menghalangi sukses yang akan diraihnya.
Semua guru biasanya merasa bangga melihat keberhasilan peserta didiknya. Tak jarang, guru juga memberikan hadiah kepada peserta didiknya. Hadiah itu adalah bukti bakti profesinya dalam menambatkan pikiran dan hatinya untuk keberhasilan peserta didiknya.
Tak jarang juga, guru tidak berhitung berapa gaji yang diterima setiap bulannya. Namun tak sedikit kita merasa lupa bahwa keberhasilan kita adalah jasa guru-guru kita.
Maka, apabila guru tidak menggunakan mantra-mantra tersebut dalam melayani peserta didiknya, mata rantai keberhasilan masa depan peserta didiknya cenderung terputus. Semoga kita tidak melupakan mantra-mantra tersebut !