Lihat ke Halaman Asli

Serial Pagar Makan Tanaman di Zaman Edan

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pagar biasanya berfungsi menjaga, melindungi atau memagari. Seperti halnya pagar yang ada di setiap rumah. Tidak lain fungsinya sebagai pelindung secara fisik agar rumah aman dari berbagai hal yang tidak diinginkan. Di samping pagar juga berfungsi sebagai pembatas. Lalu apa kaitannya dengan “Pagar Makan Tanaman”?

“Pagar Makan Tanaman” merupakan sebuah peribahasa yang sarat dengan kondisi bangsa kita saat ini. Bertolakbelakang dengan filosofi pagar yang mestinya melindungi dan mengayomi. Pagar makan tanaman berarti seseorang yang diamanahi untuk menjaga sesuatu namun justru merusaknya sendiri. Relevan sekali dengan kondisi di masyarakat kita sekarang ini.

Lihat saja beberapa kasus yang marak belakangan ini. Sebagai contoh kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh “oknum” bapak terhadap anaknya sendiri. Atau kakek terhadap cucu-nya sendiri. Ada pula beberapa kasus pencabulan oleh oknum guru terhadap muridnya sendiri. Bahkan belum lama ini di sebuah desa di Yogyakarta ada kasus seorang gadis SLTP yang “dikencani” oleh seorang tokoh masyarakat setempat yang tidak lain merupakan seorang oknum RT. Bahkan gadis yang masih polos itu juga mengaku dikencani oleh oknum satpam setempat. Dan ironisnya kasus tersebut tidak hanya terjadi sekali.

Sungguh TERLALU memang! Entahlah apa yang ada di benak atau pemikiran mereka hingga tega melakukan tindakan tidak terpuji itu. Entahlah, mungkin benar apa kata para budayawan. “Sekarang ini adalah zaman edan, zaman akeh wong wis padha kedanan. Yen napsu wis metu banjur lali anak bojo. Anane mung padha nduruti napsu sing ora ana entekke”. Disadari bersama pada zaman edan ini banyak orang yang suka lupa diri saat napsu sudah membuncak. Merekalah para hamba napsu, sahabat sejati para syaiton.

Sedikit serial pagar makan tanaman yang semoga mampu mengingatkan kita semua, termasuk diri penulis. Saat ini, di zaman edan ini kita mesti waspada dan hati-hati dalam melangkah. Jangan menuruti hawa napsu yang memang selalu menawarkan kesenangan yang tidak akan habis-habisnya. Pada zaman edan ini jangan sampai kita ikut menjadi golongan “orang edan”. Sebaiknya jangan menuruti pepatah yang berbunyi “sapa ora edan ora kumanan”, baca: siapa tidak ikut gila tidak akan kebagian. Pada zaman edan ini butuh orang-orang yang tetap waras. Karena hanya orang-orang waras yang sadar betul bahwa sekarang ini kita berada pada era zaman edan. Entahlah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline