Lihat ke Halaman Asli

Hilangnya Keseksian Lagu Daerah

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Belakangan ini lagu daerah di Indonesia nampaknya tak seksi lagi di mata generasi mudanya. Banyak generasi muda yang mengaku tidak hafal bahkan tidak tahu lagu daerah di Indonesia itu seperti apa. Berbeda saat mereka ditanyai lagu pop ataupun lagu mancanegara. Nampak begitu hafal dan fasih saat mereka menyanyikannya. Bahkan anak-anak balita pun kini sudah banyak yang hafal lagu-lagu pop yang cenderung bernuansa percintaan.

Kondisi ini diperparah dengan minimnya kesadaran generasi muda untuk terus melestarikan lagu-lagu daerah. Padahal lagu daerah merupakan bagian tak terpisahkan dari budaya nenek moyang kita dan budaya bangsa ini secara umum. Lagu daerah juga mengandung nilai-nilai moral yang bermanfaaat bagi pengembangan karakter bangsa. Selain itu, lagu daerah pada umumnya memiliki legenda atau sejarah yang berbeda-beda sesuai dengan asalnya.

Namun kini seiring gempuran lagu-lagu pop dan lagu-lagu mancanegara akhirnya lagu daerah semakin tersingkir posisinya, tak seseksi lagu manca dan lagu-lagu pop. Lagu-lagu pop yang bernuansa cinta lebih digandrungi oleh para kawula muda alias lebih seksi. Lagu-lagu mancanegara juga lebih akrab di telinga generasi muda Indonesia, ketimbang lagu-lagu daerah-nya. Bahkan tidak sedikit diantara mereka yang merasa malu saat lagu daerahnya didendangkan. Banyak generasi muda yang berasumsi bahwa lagu dearah itu semacam barang jadul, terlalu ndeso, gak penting banget, dsb.

Sebut saja lagu “Gundul Pacul dan Gambang Suling” asal Jawa Tengah, yang kini semakin jarang terdengar ditelinga kita. Lirik lagunya yang begitu harmoni itu kini hanya bisa didengar saat event-event tertentu saja. Nasib tragis juga menimpa lagu “Rasa Sayange” asal Maluku, yang pernah diklaim oleh negara tetangga. Akhirnya seperti biasa, bangsa ini begitu reaktif dalam menanggapinya. Setelah itu seiring berjalannya waktu lagu “Rasa Sayange” pun seperti dilupakan kembali.

Ini merupakan fakta yang ironis sekali. Boleh saja menggandrungi lagu-lagu mancanegara. Sah-sah saja menyanyikan lagu-lagu pop yang cenderung bernuansa cinta. Namun jangan sampai hal itu membuat lagu daerah semakin terasingkan. Lagu daerah sebagai salah satu asset budaya bangsa ini harus terus dijaga dan dilestarikan. Generasi muda harus terus disadarkan bahwa lagu daerah amat berharga bagi masa depan negara ini. Tidak perlu menunggu ada negara lain yang mengklaim lagu daerah asal Indonesia baru bangsa ini bereaktif. Sudah selayaknya lagu daerah kita jaga dan lestarikan bersama. Lembaga pendidikan dan masyarakat pada umumnya perlu menanamkan kepada anak-anak sejak dini agar terbiasa mencintai lagu daerah. Saatnya tunjukkan kebanggaan kita terhadap lagu daerah sebagai wujud cinta budaya Indonesia!

Salam 100 % INDONESIA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline