Lihat ke Halaman Asli

Cintya Dwi Wijayanti

S1 Perencanaan Wilayah dan Kota

Optimasi Perubahan Pola Tanam terhadap Ketahanan Pangan Kabupaten Probolinggo

Diperbarui: 25 Agustus 2021   17:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Konsep pertanian berkelanjutan berorintasi pada tiga prinsip yaitu ekonomi (profit), kehidupan sosial (people), dan ekologi (planet). Indikator utama yang dapat dilihat dalam sektor ekonomi yaitu adanya perbedaan antara efisiensi dan daya saingnya. Sektor ekonomi sendiri lebih menekankan pada aspek pemenuhan kebutuhan masyarakat sekitar. Penggunaan kebijakan untuk komoditas pangan yang strategis diperlukan sebagai antisipasi pengendalian harga untuk mendukung ketersediaan pangan di Kabupaten Probolinggo.

Perubahan iklim merupakan suatu proses alami yang terjadi secara dinamis bahkan dapat meningkatkan kejadian penyimpangan iklim. Pada sektor pertanian, perubahan iklim berdampak pada setor tanaman tersebut seperti adanya ancaman banjir, kekeringan, munculnya organisme pengganggu tanaman(OPT), serta penurunan kualitas produksi. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan adaptasi teknologi dan pengembangan pertanian sehingga mampu menyesuaikan saat terjadi perubahan iklim seperti melalui penyesuaian waktu pola tanam, penggunaan bibit yang berkualitas, serta pengelolaan air secara optimal.

Kabupaten Probolinggo memiliki potensi lahan pertanian yang terdiri dari lahan sawah sebesar 37.125 hektar, dan luas lahan bukan sawah sebesar 1.731 hektar. Dari jumlah luas lahan tersebut sering terjadi permasalahan – permasalahan seperti masalah mengenai kebutuhan air serta luas lahan yang akan ditanam untuk mendapatkan hasil panen sesuai dengan yang diinginkan. Hal 

Di beberapa daerah Kabupaten Probolinggo padi dan jagung merupakan komoditi yang sering di tanam oleh masyarakat sekitar. Selama ini pola tanam padi sebagian besar dilakukan saat musim tanam 1 (periode Januari – April). Padi dan jagung menjadi salah satu komoditas dengan nilai ekonomi yang cukup tinggi, namun terdapat beberapa permasalahan dalam pengembangan padi dan jagung, diantaranya yaitu :

  1. Komoditas yang ditanam merupakan tanaman musiman sehingga menyebabkan produksinya tidak merata setiap tahun
  2. Pada saat musim tanam produksi melimpah, menyebabkan penurunan harga.
  3. Pada saat musim tanam berlangsung, beberapa wilayah mengalami permasalahan terkait pasokan air sehingga menyebabkan organisme pengganggu tanaman sering muncul (OPT).
  4. Kurangnya penangangan yang tepat pasca panen.

    Adapun upaya- upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu :

  1. Jika optimasi pola tanam ingin dilaksanakan dengan baik maka cara tepat yang dapat dilakukan yaitu dengan adaptasi terhadap teknologi, pengembangan pertanian yang dapat menyesuaikan terhadap perubahan iklim yang akan datang melalui penentuan waktu pola tanam, penggunaan bibit yang unggul, tahan terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT), serta melakukan pengelolaan jaringan irigasi secara tepat.
  2.  Pihak Dinas Pertanian memberikan penyuluhan terhadap para petani untuk melakukan perubahan terkait pola tanam sehingga hasil panen akan menjadi optimal.
  3. Mengadakan sosialisasi bagi para petani untuk memanfaatkan  e-commerce yang ada sehingga pendistribusian komoditas para petani menjadi lebih luas.
  4. Mengolah lahan pertanian melalui sistem rotasi tanam sehingga dapat membuat tekstur tanah tetap optimal saat pasca panen.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline