Lihat ke Halaman Asli

Antara Pembengkakan Ginjal dan Kolik

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Belum sampai setengah tahun 2010, dia harus 4 kali bolak balik ke rumah sakit. 3 kali dirawat dan 1 kalinya hanya diperiksa.

Sedih pertama liat dia ada di rumah sakit. Kasihan dia. Terbaring dengan selang infus di tangan kirinya. Tangan kanannya memegang perut sebelah kiri yang sedang sakit itu. Aku melihatnya sendiri. Aku kasihan. Dia pacarku yang hampir 1 tahun kita pacaran. Aku menahan tangis sewaktu menemaninya. Dia sama sepertiku. Berada di perantauan yang jauh dari orang tua. Dia dianter ke Rumah Sakit Wijaya Kusuma, Purwokerto oleh Made, temen kosannya. Aku ga tau kenapa ada darah di selang infusnya itu. Aku ga nganter dia ke rumah sakit karena kosanku dengan kosannya lumayan jauh. Aku ga bisa pake motor. Aku kesana beberapa jam setelah dia dirawat. Dia ditemani temen kosannya disana, Dicki. Aku mencari ruangan tempatnya dirawat. Aku ke rumah sakit dianter temen kelas, Panji.

Aku mencari ruangan bareng Panji. Ga berapa lama aku liat dia dipojokan ruangan. Dan ya ampun, 1 ruangan isinya lebih dari 10 pasien. Aku tambah kasihan liat dia disini. Setelah itu Panji pulang. Aku nemenin pacarku sama Dicki. Kebetulan orang tuanya sedang dalam perjalanan ke rumah sakit. Aku liat pacarku kesakitan. Aku ga berani ajak dia ngomong. Takutnya tambah sakit. Aku tanya Dicki apa dokternya udah periksa trus apa katanya? Dicki ga tau. Dia juga baru dateng karna Made ada urusan. Aku diam disana. Dicki pergi ke belakang, ga tau kemana.

Aku dan pacarku ngobrol. Tapi aku ga berani tanya. Aku cuma tanya apa dia udah makan atau belum. Selagi kita ngobrol, ngobrolnya pun ga banyak, orang tua pacarku dateng. Mereka tanya Dicki yang waktu itu udah ada bareng kita lagi. Dicki jawab setaunya. Mungkin mereka ga nanya ke aku karna mereka ga kenal siapa aku. Memang aku belum berani membawa nama orang tua dalam pacaran kami ini. Jadi mereka ga tau siapa aku. Kecuali ibunya. Aku pernah bertemu ibunya di tempat belanja karena pacar aku ngajak aku ketemu beliau. Ayahnya pergi ke bagian administrasi untuk mengurus keuangan. Sementara ibunya ada disini nemenin anaknya.

Kemudian ada bapak dan ibu kosannya pacarku dateng jenguk dia. Aku banyak diam sewaktu mereka ngobrol. Aku ga ngerti bahasa mereka, meskipun aku tau beberapa.

Mereka ngobrol. Aku diam. Meskipun sekali-kali aku diajak ngobrol sama ibu kosnya. Aku hanya senyum. Setelah ayahnya selesai mengurus administrasi, pacarku akan dibawa pulang kerumahnya di Banjarnegara. Katanya dia akan dirawat disana aja, di Rumah Sakit Islam. Aku ikut membantu ibunya merapikan barang-barang. Setelah itu, kami menuju parkiran. Disana udah ada mobil ayahnya pacarku. Ayahnya keluar dan ngomong kalo dia akan izin dulu ke bagian apa, aku ga ngerti. Ibunya ikut ayahnya. Sementara bapak dan ibu kosnya pulang duluan. Aku pun pulang karena ada kuliah. Aku izin ke ibunya, karena ayahnya sedang urus izin. Sebelum pulang aku izin ke pacarku dan ngomong supaya dia cepet sembuh. Dan aku ke kampus dianter Dicki pake motor.

Beberapa hari kemudian, pacarku balik lagi ke Purwokerto karena dia sudah ngerasa baikan. Aku tanya mengenai penyakitnya. Kata dokter, ginjalnya ada masalah. Pembengkakan ginjal. Aku ga tau penyakit apa itu. Aku mencari tentang penyakit itu di paman Google tapi tetap aja ga ngerti.

Beberapa minggu kemudian, dia ngeluh sakit lagi ke aku. Malem-malem sekitar pukul 8 malem. Waktu itu, aku makan sama dia. Sesudah makan, dia nganter aku ke kosan dan dia juga ke kosannya. Sekitar pukul 10 malem, aku kirim SMS ke dia. Tapi ga dibales. Mungkin sudah tidur. Aku pun tertidur sambil nunggu balesan SMS dari dia.

Malemnya, sekitar pukul setengah 11, dia ngirim SMS ke aku. Kalo dia lagi ada di RS. Margono. Aku mendadak diem. Dada aku sesak. Air mata pun keluar. Aku belum bales SMS-nya. Aku ga tau mesti bales apa. Aku pun tertidur setelah cape menangis. Paginya baru aku bales SMS-nya. Katanya dia mau pulang ke kosannya aja pagi itu. Orang tuanya udah ada waktu itu, mungkin setelah dapet kabar dia dirawat lagi, mereka langsung ke Purwokerto. Tapi ayahnya pulang ke Banjarnegara pagi itu, kerja. Dia ditemenin ibunya aja. Singkatnya, dia udah ada dikosannya. Ibunya nemenin dia. Pukul 12.30, ada kuliah (kami sekelas). Katanya dia mau berangkat kuliah aja, padahal aku udah ngelarang dia. Takutnya dia masih sakit. Setelah itu, ibunya pulang dan pacar aku kuliah seperti biasa meskipun mukanya keliatan pucat banget. Dia ga pernah ngeluh sakit lagi.

Dan kemarin (26/05/10), dia ngeluh sakit lagi. Dia ke RS. Margono lagi sore itu dianter temennya. Aku ga bisa ngapa-ngapain denger dia sakit perut lagi, kecuali nangis dan nunggu konfirmasi dari dia. Tapi dia ke Margono cuma diperiksa aja. Magrib, dia balik lagi ke kosannya.

Setelah itu, aku ngirim SMS ke dia. Karena aku ga ke kosannya, udah malem. Ga enak. Aku solat. Aku berdoa sambil nangis, minta kesembuhan buat pacarku. Aku ga mau dia sakit lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline