Lihat ke Halaman Asli

Catatan Pilkada DKI

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hari kamis, 20 september 2012 akan menjadi momen yang peniting buat DKI Jakarta, hari itu nasib siapa yang akan mimpin jakarta ditentuka, 2 pasangan sudah siap bertarung, Jokowi – Ahok sebagai pemegang suara terbanyak yaitu sebesar 1.847.157 (42,60 persen), dan Foke – Nara Sebanyak 1.476.648 suara (34,05 persen).

Pertarungan semakin seru setelah terpetakannya koalisi partai, Jokowi-Ahok hanya di dukung oleh 2 parat yaitu PDIP dan Partai Gerindra, sedangkan Foke-Nara di dukung oleh Parati Demokrat, Paratai Golkar, PPP dan PKS. Kalau hitung-hitungan partai tentu foke nara menang di atas kertas.

Disinilah menariknya saatnyalah partai-partai mengevaluasi sejauh mana tingkat kepercayaan masyarakat terhadap partai, apakah masyarakat percaya sama partai atau tidak percaya lagi sama partai, kalau Foke – Nara menang di putaran ke 2 berarti partai masih berfungsi dan masyarakat masih mempercayai partai, sedangkan kalau Jokowi-Ahok menang maka sudah di pastikan bahwa sebenarnya rakyat sudah muak dengan partai politik.

Pilkada DKI Jakarta tahun 2012 memang menarik sekali, orang jakarta sepertinya tidak mau ketinggalan berita mengenai pilkada DKI, salah ucap sedikit akan jadi bumerang karena warga DKI memantau dengan ketat pemilukada DKI Jakarta. Ya walaupun menjelang putaran ke dua ini masih saja di nodai dengan isu Rasis tetapi itu tidak berpengaruh besar bagi warga DKI yang pluralis.

Tampilnya Jokowi-Ahok sebagai pemenang suara terbanyak di putaran pertama tentu saja mengagetkan banyak pihak karena hasil poling semua lembaga survey masih menjagokan pasangan foke-nara tetapi ternyatapoling tidak selalu tepat kali ini poling di jakarta meleset.

Kemenangan Jokowi – Ahok adalah sebuah angin segar bagi iklim demokrasi di Indoensia, pemilukada DKI jakartamembuktikan bahwa rakyat jakarta sudah tidak lagi mempersoalkan dari mana asal calon gubernur, nuansa sukuisme di DKI ternyata tidak laku, Ahok yang berasal dari suku tionghoa yang merupakan suku minoritas ternyata mampu tampil di tengah-tengah mayoritas, ini bukan berarti mayoritas bodoh, tetapi ini merupakan sebuah kelapangan dada kaum mayoritas untuk memberikan kesempatan bagi minoritas untuk mengelola Jakarta.

Bagi saya pasangan Jokowi-Ahok ntah kedepannya dia kalah atau menang di putara kedua, bagi saya pilkada DKI tahun ini Juaranya adalah Jokowi-Ahok, mereka sudah memberikan pemebelajaran yang baik bagaimana caranya meraih simpati masyarakat dengan kesederhanaan dan kreativitas, Pilkada adalah ajang untuk mencari pemimpin biasanya yang terjadi di negara ini para calon membagi-bagikan uang dan atribut buat pendukungnya. Tetapi Jokowi-Ahok malah di bantu oleh masyarakat.

Dan yang menarika adalah fenomena baju kotak-kotak, baju kotak-kotak hari ini menjadi tren setter di kalangan masyarakat, menjelang pemilukada putara ke 2 ini baju kotak-kotak laku keras di pasaran. Bukan hanya di DKI tetapi di manado baju kotak-kotak laku keras.

Selamat Jokowi-Ahou You’re The Winer

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline