Cigudeg, Kabupaten Bogor (24/02/2020) - Para siswa dan siswi SD Negeri Dukuh yang terletak di tengah pekebunan kelapa sawit, Desa Dukuh, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, tetap semangat menjalani aktivitas sehari-harinya untuk pergi ke sekolah meskipun perjalanan yang harus mereka tempuh untuk pergi ke sekolah sangatlah curam.
Sekolah ini berada di tengah perkebunan kelapa sawit dan di antara dua desa terpencil, yaitu Desa Dukuh dan Desa Prayoga. Jalan akses utama mereka untuk keluar hanyalah lewat perkebunan kelapa sawit tersebut dengan jarak tempuh kurang lebih satu kilometer.
SDN Dukuh memiliki jumlah siswa yang tidak terlalu banyak dan dominan siswa tersebut berasal dari Desa Dukuh dan Desa Prayoga. SD ini hanya memiliki 9 guru dan kurang lebih 150 siswa. Akses jalan yang curam ini menjadi alasan kurangnya minat warga dari desa lain untuk bersekolah di SDN Dukuh dan lebih memilih untuk bersekolah di SD yang jauh lebih mudah diakses.
Dahulu, SDN Dukuh ini tidak memiliki bangunan sendiri, melainkan bergabung dengan sekolah Madrasah. Sejak tahun 2005, perkebunan kelapa sawit telah mewakafkan sebagian tanahnya untuk pembangunan sekolah dasar tersebut. Maka dari itu, sekolah ini berada di tengah perkebunan kelapa sawit.
Ibu Dian selaku guru PGSD kelas 2 SDN Dukuh mengatakan bahwa kondisi SD ini tidak baik dari segi sarana dan prasarana yang ada. Buku-buku di sekolah ini sering hilang, dikarenakan tidak ada yang menjaga sekolah tersebut dan sekolah tidak memiliki pagar. Situasi sekolah pun sangatlah sepi, karena itu buku-buku di sekolah sering hilang. Pintu dan jendela kelas juga banyak yang telah rusak. Bahkan, bangku dan meja belajar mereka pun banyak yang telah rusak dan tidak layak pakai.
Pada tahun 2011, SD ini telah memiliki fasilitas perpustakaan, tetapi fasilitas tersebut tidak bertahan cukup lama. Perpustakaan ini roboh di tahun yang sama dikarenakan bangunan tidak cukup bagus.
SDN Dukuh juga tidak memiliki air sejak tahun 2005, sehingga para siswa dan siswi harus mengambil air di kali saat mereka ingin buang air kecil ataupun bersih-bersih sekolah. Perkebunan sawit menjadi alasan SDN Dukuh tidak memiliki air, karena perkebunan sawit ini mengambil mata air yang cukup banyak.
Terkadang setiap pagi para guru mengambil air menggunakan mobil dari desa lain dengan jarak kurang lebih 1 kilometer untuk dibawa ke sekolah. Selain itu, cara lain untuk mengambil air yaitu dengan memasang paralon dengan panjang kurang lebih 23 kilometer. Paralon tersebut disambungkan ke pusat perkebunan kelapa sawit untuk mengambil air.
Pemerintah memberi bantuan kepada SDN Dukuh berupa beberapa bangku dan meja belajar untuk di kelas. Tetapi, karena keadaan lingkungan sekitar yang tidak memungkinkan, bangku dan meja tersebut sekarang sudah banyak yang tidak dapat digunakan karena rusak. Selain itu, pemerintah juga memberi bantuan kepada sekolah ini berupa Tablet.