Aku. Rebah. Menyandar. Samping ranjangmu. Aku. Rebah. Mengepul asap, dari bibirku. Tapi kau bagai boneka salju, hai lelakiku. Dingin membosankan. Padahal, Baru saja, kau reguk. Nikmat tubuhku. Dan kau. Tetap tanpa desah. Tanpa desah.Tanpa desah. Putih kulitku tak berarti sama sekali kah? Mengepul asap. Dari bibirku. Kicau ceracau, dari mulutmu. Betapa menyebalkan perahanmu pada dadaku. Tanpa desah. Hilang rindumu. Mulutmu.Tak lagi. Menghantar rasa. Dengkurmu membuat kutangku lari, masuk lemari. Malam ini. Kau bagai mesin. Yang hambar. Melumat putingku. Dan kau kembali senyap. Masuk dalam dengkurmu. Sialan, aku masih telanjang!
Aku. Rebah. Menyandar. Samping ranjangmu. Aku. Rebah. Mengepul asap, dari bibirku. Tapi kau bagai boneka salju, hai lelakiku. Dingin membosankan. Padahal, Baru saja, kau reguk. Nikmat tubuhku. Dan kau. Tetap tanpa desah. Tanpa desah.Tanpa desah. Putih kulitku tak berarti sama sekali kah?
Mengepul asap. Dari bibirku. Kicau ceracau, dari mulutmu. Betapa menyebalkan perahanmu pada dadaku. Tanpa desah. Hilang rindumu. Mulutmu.Tak lagi. Menghantar rasa. Dengkurmu membuat kutangku lari, masuk lemari. Malam ini. Kau bagai mesin. Yang hambar. Melumat putingku. Dan kau kembali senyap. Masuk dalam dengkurmu. Sialan, aku masih telanjang!
By : Granito-Jingga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H