aku biasanya menemukan lukisan wajahnya di tiap malamku, garis-garis wajahnya begitu lekat di ingatanku. bulu-bulu kecil di dagunya sering kusentuh lembut, saat dia kecup ringan pipiku. sentuhan dagunya adalah titik erotisku. semua malamku hanya becerita tentang dia. aku berpikir ini hanya rasa hanyut sesaat, namun jika ini hanyut, aku tak ingin menepi. aku nikmati arusnya dalam setiap sendi-sendi rasaku, apa yang aku dapatkan dari setiap pesonanya?? terbang! aku merasa seperti kupu-kupu jingga yang terbang diantara taman dengan sejuta bunga. aku merasa selayaknya penari erotis yang gemulai di panggung dengan lampu temaram, ditingkahi dengan sorot mata haus ratusan laki-laki bertubuh garang. aku merasa adalah gadis tercantik saat aku melihat sorot matanya tertuju padaku, aaahhh.... sorot mata itu... Lala memiliki bola mata elang. begitu tajam. tak banyak kalimat yang keluar dari ucapnya, tapi matanya berbicara tentang 1000 aksara cinta. disana denyutku mainkan iramanya, aku pernah berada dalam peluknya, tahukah kau... harum aroma tubuhnya adalah canduku, jantungku berdetak keras saat ku dengar detak janjungnya di telingaku... aku tahu... ada desah yang dia tahan saat jariku mainkan bulu-bulu halus didadanya, tahukah kau... aku berjuang memainkan irama nafasku sewajar mungkin. sesungguhnya seluruh jarinagan rasaku sudah mau meledak! namun kutahan! kutahan sebisa dan semampuku! dalam ribuan nikmat dan siksaku. dia mimpi dalam tiap malamku.... aahhh.... semua hancur saat aku tahu hatinya bukan untukku.. denyut nadinya bukan nyanyikan irama hatiku. desah malamnya bukan untukku. semua untuk Auntie Deasy. aku gagal.... aku lagi-lagi gagal dalam cintaku. apalah gunanya jiwa ini tetap bersemayam dalam ragaku, jika geliatnya bukan untukku. aku patah! aku patah! aku gagal!
‘’ ahhh… Pernahkah terpikir olehmu, bahwa setiap desahmu adalah sebuah karya terindah dalam dirimu, sebuah mahakarya yang membuat imaginasiku terosonansi, membuat seduhan kopiku terasa semakin gurih dan nikmat tuk diteguk. ‘’ yeah… Kupu-kupu jingga, gadis cantik bersolek desah, yang menawarkan sebuah lukisan kasih dari sebuah desa yang terletak dibawah kaki bukit berspasi, berintuisi , dan bermetafora dalam di bawah cakrawala aksara. Setiap mimpi-mimpimu tentang pemuda berbulu dada halus itu hanyalah sebuah kicauan sumbang semata, tapi pernahkah kau menyadari, bahwa mimpimu sedang aku punguti dan kurangkai dengan bunga-bunga di dalam taman, dan kubentuk sebuah hiasan , dan terkadang kuukir dalam sebuah figura lukisan romansa penuh bahasa cinta. ‘’ ahh…. Bibir tipismu itu bangkitkan intuisiku yang telah beku, dimana kau lepaskan sebuah irama yang mendesah-desah dalam rinai hujan dan dekapan malam yang begitu dingin. Aku memimpikan kita berpelukan dalam pelukan rindu, dan saling berpagut dalam selimut kata, lalu kita lepaskan hasrat kita tanpa sandiwara galau. Ceracau-cerau mulutmupun tak henti-hentinya kau keluarkan dalam sebuah persenggamaan penuh romansa, berspasi penuh rangsangan imaginasi. ‘’ ahh… Aku sangat menikmati setiap desahmu Tak ada kebisuan dari mulut kita Tak ada luka dalam dada kita Yang ada hanya desah nikmat yang begitu hikmat Dalam perjamuan malam penuh romansa di sebuah desa. kemarilah, bercintalah denganku, lalu kita nikmati kopi kita tanpa kebisuan
By : Boil - Jingga
DESA RANGKAT menawarkan kesederhanaan cinta untuk anda, datang, bergabung dan berinteraksilah bersama kami (Klik logo kami)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H