Lihat ke Halaman Asli

Ayah, Terpaksa Aku Berpaling Darimu

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Dulu sebelum adik ku lahir, akui adalah satu-satunya kebanggaan ayahku dan ibuku. tp semua berubah ketika adik ku lahir, kata ayah dia lebih tampan dariku, walau menurut ibuku kami mirip dalam segala hal. tapi ayah selalu saja merendahkan aku di depan ibu dan adikku.  aku sadar bahwa aku dan adik  kecilku berbeda, dia masih muda, masih lucu dan masih sangat dibanggakan ayahku di depan teman-temannya. tapi apakah aku harus di anak tirikan seperti ini, tak pernah kau anggap baik dan  tak pernah kau anggap berprestasi, kau selalu membandingkan ku dengan dia, kau selalu bilang "Lihat adikmu, lucu, lincah, pandai menghibur, dan tak membosankan seperti kau".

aku hanya mengelus dada dan mengeluh dalam hati "Apakah aku seburuk yg kau kira, ayah?", "Apakah prestasiku selama ini tak kau hargai?", "Apakah perjuanganku membangun rumah kita hanya sia-sia menurutmu?". pertanyaan itu tak pernah ku lontarkan kepadamu sebab kau akan murka dan aku takut terusir dari rumah.

Namun yg namanya hati tak bisa dibohongi, kebosanan menghadapi sikpmu telah menjadi-jadi, aku lelah seprti ini ayah, aku lelah kau bandingkan dengan anak ingusan itu walaupun itu adik kecilku sendiri, dan aku harus pergi, pergi dari kejenuhan dibedakan dan pergi jauh dari sikap angkuhmu yg membosankan.

ibuku yg bisu hanya bisa menangis melihat aku pamit dan mencium tangannya, aku akan pergi ibu tolong nasehati ayah walaupun kau hanya mampu menasehatinya lewat isyarat saja. ibuku mengantarku sampai ke halaman rumah masih dengan tangisnya, sedangkan ayahku masih saja mengamuk di dalam berteriak ANAK HARAM, ANAK TAK TAU DIUNTUNG, ANAK TAK TAAT DENGAN ORANG TUA, PERGI SAJA KAU!! AKU MASIH MEMILIKI ANAK SELAIN DIRIMU, ANAK BAGUS ANAK EMAS, ANAK YG JUJUR DAN KELAK BERPRESTASI.

semakin jauh langkahku, semakin sesak dada ini menahan tangis, dan didalam tangis aku berdoa semoga ibu bisa menyadarkan ayah hingga menyuruhku pulang ke rumah. hidup rukun lagi tanpa dibeda-bedakan dan tanpa kata2 anak haram. Serakang biarlah aku bekelana mencari prestasi hingga ayahku dapat memujiku walau hanya dalam hati.

spesial buat ayahku PAK KETUM, ibuku BU. SEPAK BOLA dan adik kecilku IPL, dan rumahku PSSI.

wassalam ISL (anak dari PAK KETUM dan BU SEPAKBOLA serta kakak dari IPL)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline