Lihat ke Halaman Asli

Wahyu Wardani

seorang PNS yang mencoba menikmati perjalanan dimanapun ditempatkan

Topeng Itu Telah Merubah Wajah Desanya

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13542674971025131084

Ini bukanlah perjalanan pertamaku mengunjungi desa Wisata ini. Sebuah desa yang terletak dilereng gunung telomoyo, meski tak sepopuler merapi ataupun seindah sindoro sumbing, namun ini merupakan salah satu gunung yang ada di kota ungaran, Jawa Tengah.Sebuah desa kecil  bernama Desa Tanom , sebuah desa yang hanya dihuni oleh 35 keluarga. [caption id="attachment_212180" align="alignleft" width="300" caption="wedang secang dan sawut kelapa"][/caption] Matahari bersinar lembut , bahkan masih nampak kabut yang melayang turun ketika rombongan kami sampai didesa ini, kalung dari seutas benang merah yang diberi hiasan bunga puspa diujungnya merupakan sambutan manis dari warga desa ketika kami memasuki desa ini, satu persatu kalung secderhana itu menjadi penghias leher kami.Konon kalung ini dibuat oleh anak anak ,dan bunga puspa sebagai penghias kalung mereka pungut dari hutan sekitarnya ketika mereka pulang sekolah. Segelas wedang secang (minuman hangat sejenis teh yang terbuat dari kulit secang dan se takir sawut ketela ( takir adalah penamaan untuk bentuk wadah yang terbuat dari daun pisang ) menjadi kejutan kedua yang menyambut kami .Dan aroma dupapun memenuhi udara ketika kami mulai memasuki tempat dimana para warga desa biasa menyambut tamu tamu yang datang kedesa ini. Diawali dengan membuat lingkaran, kami beserta segenap warga desa berbaur menyanyikan lagu Desaku, ada yang bergetar di jiwaku, bernyanyi bersama-sama membaur dengan warga desa, seperti melemparkanku dimasa anak anak dulu, ada cairan bening yang tak terasa menetes, tak sanggup menahan haru yang menyesak, ketika dibacakan puisi tentang desa..begitu indah..menyentuh. Dan kamipun tersentak oleh irama yang menghentak. kaki kaki yang lincah, wajah wajah yang cantik dirias bak topeng. Kamipun kembali berbaur, menari bersama para penari. Sungguh semua lebur menjadi satu,tanpa sekat. Dan wisata ini kami tutup dengan menikmati hasil bumi dan kerajinan penduduk setempat, sepincuk pecel plus tempe bacem , yang hanya seharga Rp.1.500,- langsung menjadi favorit kami.Sempat kubeli topi lebar dari mendong sebagai cinderamata. Matahari beranjak tinggi ketika kutinggalkan desa ini , membayang wajah wajah cantik yang tersembunyi [caption id="attachment_212179" align="alignright" width="300" caption="bersama salah seorang penari topeng ayu"]

1354267426195534475

[/caption] dalam riasan tebal. Wajah penuh semangat dari bocah bocah desa yang mencoba meraih mimpinya ............merubah wajah desanya yang begitu sederhana untuk nantinya bisa setara dengan desa desa maju lainnya. Dengan sebuah tekad tidak menjual apa yang mereka punya ..tapi mengundang wisata datang kedesanya.Sebuah semangat yang barangkali bisa menjadi  inspirasi.Beginilah salah satu cara membangun negeri, mencoba menggali potensi yang sudah ada, sebagai upaya mensejahterakan dan mengangkat ekonomi rakyat....Dan wajah wajah berias topeng itupun terbawa dalam mimpiku...melanjutkan perjalanan ke sebuah desa yang terletak antara gunung sindoro sumbing.......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline