Lihat ke Halaman Asli

Wahyu Wardani

seorang PNS yang mencoba menikmati perjalanan dimanapun ditempatkan

"Janji Matahari..."

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Rindu masih pandangi puncak-puncak  cemara . Dibiarkannya kaki nya basah oleh  bening  air yang mengalir membelah hutan cemara itu.  Sesekali tersungging senyum dibibir indahnya. Meski langit mendung namun lembut cahaya matahari membawa pesona tersendiri. " Hari ini kubingkai mendung" " ah..Rindu.....dia hanya ingin isyaratkan padamu tentang ketidak abadian  didunia ini " " tapi kuingin matahari qolbu..." " tak kau mintapun dia tetap ada , karena janjinya untuk selalu menaungi dan memberi bagi jiwa yang menanti " Nyanyi cemara seperti nyanyian hati Rindu. Keajaiban hati itulah yang dirasakannya akhir-akhir ini. Sebuah keajaiban yang menuntunnya berjalan kesatu arah. Seperti sebuah kebetulan yang ajaib. Tak sengaja mereka dipertemukan didunia virtual yang barangkali penuh rekayasa. Tapi sebuah hati seringkali penuh misteri. Bolehjadi suatu saat dia kan begitu tak peduli dilain saat bisajadi dia  jatuh hati. saling menyapa, saling menjaga menjadi sebuah rangkaian cerita sebuah persahabatan yang indah. "Sungguh....meski jauh...hangatmu merambah di hati, dan itu cukup buatku....aku tak berani meminta lebih" " Dunia bukan tempat yang pantas buat sebuah keabadian untuk sebuah rasa , pandai-pandailah kamu memanage rasa itu , agar tak habis dalam semasa " Ada pelangi di hati Rindu. Qolbu baginya adalah sebuah misteri. Meski terasa begitu dekat dihati tapi tak pernah sungguh Rindu berani menyentuhnya. Ada jarak terbentang yang begitu halus namun dapat teraba oleh Rindu . Sebuah jarak yang diciptakan oleh Qolbu . "hari ini ..ingin kubingkai matahari, tapi kuragu mampukah aku ? " " Pelajarilah setiap dia datang dan pergi, perhatikanlah senandung yang dibawanya setiap hari. pahamilah setiap sentuhan yang menyebar di hati sanubari dan mengertilah arti disetiap lintasan warna yang dia beri " Kabut putih melayang turun...... Gerimis mulai basahi puncak-puncak  cemara. Masih sendiri Rindu coba nikmati semua itu.Dicobanya untuk bisa pahami semuanya. Perjumpaan..persahabatan.....sebuah harapan......sebuah mimpi...... " Rindu......" sebuah suara lembut menyapa.. " kaukah Qolbu ?.." hanya desau cemara yang terdengar Gerimis usai. Langit di puncak bukit memerah saga....biaskan warna matahari senja. Ratusan kilo jarak terbentang diantara mereka, namun getaran-getaran jiwa seperti magnet yang mempesona. Matahari tak pernah ingkar pada sang waktu......haruskah Rindu ragu akan hal itu ? Biarlah Sang pemberi waktu yang jadi penentu......




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline