Lihat ke Halaman Asli

Cindy selya

seorang Mahasiswa Biasa

Sekolah Daring bagi Masyarakat Desa, Bagaimana Nasibnya?

Diperbarui: 16 April 2020   10:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Pada masa ini siapa yang tak kenal dengan virus Corona, Penyakit ini pertama kali di identifikasi pada bulan Desember 2019 di Wuhan. Semua orang terlihat resah akibat virus yang kian merajalela. Akibatnya orang-orang harus tetap dirumah kecuali dalam kondisi tertentu yang mengharuskan keluar rumah. Hal ini juga berdampak besar terhadap dunia pendidikan. Organisasi PBB yang mengurusi pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan UNESCO menyebutkan, lebih dari 850 juta siswa di dunia tidak bisa belajar di sekolah akibat virus asal Wuhan, China tersebut.

Di Indonesia sendiri virus Corona menyebar dengan sangat cepat, berawal dari 2 orang kini menjadi ribuan orang yang sudah berstatus pasien positif corona. Dengan demikian sejak 16 maret beberapa daerah di Indonesia sudah mulai meliburkan sekolah dan menjalankan sekolah daring seperti daerah DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Sekolah-sekolah yang berada di Kota besar mungkin sangat mumpuni dalam melakukan kegiatan sekolah daring, lalu "Bagaimana nasib sekolah-sekolah yang ada di desa? Terutama sekolah dasar"?

Di Indonesia jumlah sekolah Dasar (SD) merupakan yang paling banyak, yakni mencapai 148.244 data ini diperoleh dari Kementrian Pendidikan dan kebudayaan, (2018). Berdasarkan data tersebut tentunya tak semua sekolah berada dalam radar yang mumpuni untuk melakukan sistem pembelajaran daring seperti halnya yang terjadi di sebuah sekolah Dasar Desa Kuala Pesilam , sekolah dasar yang berada di Desa kecil di Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Ada apa dengan sekolah ini?

Sekolah ini merupakan sekolah dasar yang berada di Desa kecil tak terlalu maju jika dibandingkan sekolah dasar yang berada di kota, namun tak menurutkan niat belajar siswa-siswa yang berada disana begitupun pengajar di sekolah tersebut. Menurut penuturan seorang Narasumber yang berprofesi sebagai wali kelas IV di sekolah tersebut tak semua siswa bisa belajar online. Kenapa?

"Tidak semua siswa disini orang tuanya punya Hp yang bisa buka internet , Cuma beberapa. Ada yang menggunakan Hp kakak atau abangnya juga untuk belajar dari Whatsapp" Ucap guru tersebut. Jadi bagaimana sebenarnya sistem pembelajaran daring yang ada di sekolah ini? Nah, menurut penuturan beliau tidak semua guru mempunyai inisiatif memberikan pembelajaran secara online karena memang kondisi siswa yang tidak memungkinkan, tapi sebagian guru tetap berusaha agar para siswa tetap bisa belajar dirumah dengan di dampingi orang tuanya atau pun melakukan belajar mandiri.

Apa saja upaya yang telah dilakukan agar siswa-siswa di sekolah ini tetap bisa belajar dirumah?

  • Hal pertama yang dilakukan menelfon orang tua siswa, dikarenakan tak semua orang tua siswa memakai aplikasi whatsapp seperti yang sudah dikatakan sebelumnya
  • Jika ada nomor whatsapp yang bisa dihubungi maka akan diminta bergabung dalam grup kelas
  • Memberikan soal dari buku latihan yang biasa dipergunakan disekolah, dan apabila sudah mengerjakan maka mengirim foto jawaban soal beserta foto siswa saat sedang belajar dirumah

Lalu bagaimana nasib siswa yang orang tuanya tidak memiliki akses tersebut? "nomor orang tuanya di telpon dulu, kalau tidak bisa dihubungi diminta ke teman-teman yang ada disekitar rumahnya untuk menyampaikan kalau tetap harus belajar dirumah tidak apa-apa tidak mengirim ke whatsapp yang penting tetap belajar dirumah" Ujar beliau.

Dalam pembelajaran daring via grup whatsapp ini tidak banyak siswa yang mengikutinya bahkan pada siswa kelas IV hanya 10 orang dari 32 siswa yang bisa mengikuti pembelajaran via grup whatsapp ini. Mengapa demikian? Menurut wali kelas siswa kelas IV sekolah dasar ini "tidak masalah tidak mengirimkan file jawaban yang penting mereka tetap mengerjakan tugas tersebut, saya tau mungkin tidak semua siswa saya orang tuanya punya ekonomi yang cukup"

Di sisi lain, kerja sama para orangtua di rumah sangat penting agar pembelajaran dapat tetap terlaksana dengan baik. Tidak dapat dipungkiri bahwa terkadang seorang anak mempunyai kecenderungan untuk "berleha-leha" di rumah apalagi seorang anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar, hal ini memang menjadi tantangan besar bagi para orangtua seperti yang kita tau tidak semua orangtua mampu mendampingi dan melakukan disiplin belajar secara efektif ketika belajar di rumah

kesuksesan pembelajaran daring selama masa krisis Covid-19 ini tergantung pada kedisiplinan semua pihak baik orang tua dan pengajar . Selain itu, pihak orangtua dan sekolah harus melakukan komunikasi yang efektif dalam bekerja sama membangun kedisiplinan anak belajar di rumah.

Akhir kata dari perkataan beliau yang masih teringat jelas "Semoga wabah ini segera berakhir, banyak sekali orang-orang yang kesusahan, saya tetap dapat gaji tapi saya bahkan tidak enak menerimanya karena saya tidak mengajar seperti biasanya hal ini membuat saya sangat sedih"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline