Pentingnya pendidikan agama dan moral dalam membesarkan generasi yang baik tidak dapat dilebih-lebihkan. Islam memberikan informasi yang komprehensif tentang prinsip-prinsip moral yang harus kita patuhi . Sangat penting untuk menanamkan nilai-nilai moral dan agama pada anak untuk anak sejak usia dini. Pendidikan agama untuk anak-anak bukan hanya tentang mengajarkan mereka berbuat baik, tetapi juga menanamkan nilai moral yang selaras dengan ajaran. Dengan pendidikan yang baik dan lingkungan yang sehat, anak-anak dapat tumbuh menjadi orang yang baik, penuh perhatian, dan bermanfaat bagi masyarakat. Baik orang tua dan guru memiliki peran yang sama pentingnya dalam membesarkan anak-anak. Orang tua harus mengajar agama kepada anak saat di rumah, Sebaliknya guru di sekolah juga harus membantu mengajarkan hal yang sama. orang tua dan guru bekerja sama membesarkan anak -anak agar menjadi generasi yang baik.
Seorang anak berusia 5 tahun, berasal dari keluarga yang taat beragama. Namun, di sekolah dia sering kali bertengkar dengan teman-temannya dan pernah mengambil pensil milik temannya tanpa izin. Perilaku anak ini menunjukkan adanya perbedaan antara nilai-nilai yang diajarkan di rumah dengan perilaku yang dia amati di lingkungan sekolah. Kasus anak ini bukan hal yang jarang terjadi. Banyak anak usia dini yang mengalami kesulitan dalam menerapkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil wawancara guru dan orang tua, yang bisa saya simpulkan adalah konflik nilai - nilai di rumah dan di sekolah: Di rumah, mereka diajarkan untuk selalu bersikap baik dan tidak menyentuh milik orang lain. Namun, Di lingkungan sekolah mereka dipengaruhi oleh teman-temannya yang lebih individualistis .perilaku Yang kedua adalah pemahaman tentang Prinsip-prinsip Islam: meskipun sudah hafal beberapa surat pendek, mereka belum juga memahami betul makna tiap ayat yang dibacanya. Akibatnya , dia kesulitan untuk memasukkan nilai-nilai ini ke dalam kehidupan sehari- harinya. Yang terakhir adalah untuk mendeskripsikan perasaan : seseorang merasa marah atau gelisah, mereka tidak bisa menahan diri untuk tidak bersikap spontan tanpa mempertimbangkan konsekuensinya. Untuk menangani kasus anak yang kesulitan menerapkan nilai-nilai agama dan moral dalam kehidupan sehari-hari memerlukan pendekatan yang holistik (menyeluruh) dan melibatkan berbagai pihak, termasuk orang tua, guru, dan masyarakat sebagai lingkungan sosial.
Ada beberapa teori modern tentang perkembangan moral yang relevan dari kasus anak berusia lima tahun. Yang pertama adalah teori perkembangan moral yang dikembangkan oleh Kohlberg, yang terkait dengan kasus anak berusia lima tahun. Teori ini menunjukkan bahwa anak tersebut masih dalam tahap pra-konvensional. Ada kemungkinan untuk memahami bahwa mengambil pensil teman adalah ide yang buruk karena dapat mengakibatkan sedih atau marah. Namun, jika godaan memiliki pensil tersebut lebih besar, dia mungkin lebih memilih untuk mengambilnya daripada menghadapi konsekuensi sosialnya. Teori pembelajaran sosial yang dikembangkan oleh Albert Bandura, yang menekankan pentingnya pembelajaran melalui eksperimen dan studi. Menurut kasus tersebut, dalam konteks sekolah anak - anak mungkin saja menunjukkan perilaku yang terus menerus membangkang atau mencuri barang milik orang lain tanpa mereka sadari. Dengan menganalisis perilaku tersebut, anak kemudian memeriksa kembali. Selain itu, jika anak tidak menyadari konsekuensi negatif dari perilaku tersebut , mereka akan menjadi lebih toleran konsekuensi negatifperilaku tersebut.
Dalam Islam, ada beberapa ayat Al-Qur'an yang relevan untuk memahami dan mengatasi kasus ini:
1. Pendidikan dan Pembiasaan Akhlak (QS. At-Tahrim: 6)
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka..."
Ayat ini menekankan pentingnya pendidikan keluarga, termasuk memberikan teladan dalam mengajarkan nilai-nilai agama. Anak perlu diberikan pemahaman agama melalui contoh nyata dari orang tua dan pembiasaan yang konsisten.
2. Pentingnya Konsistensi dan Pengawasan (QS. Luqman: 13-19)
Kisah Luqman mendidik anaknya memberikan panduan tentang pentingnya menanamkan nilai keimanan, akhlak, dan hubungan sosial. Di ayat 17, Luqman menasihati anaknya: "Wahai anakku, dirikanlah shalat, suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar, dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu..."
Ayat ini menunjukkan bahwa pendidikan akhlak membutuhkan bimbingan dan kesabaran, terutama dalam lingkungan sosial anak.