Lihat ke Halaman Asli

When I Meet You

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Cindy

Hutan Sherwood, Inggris, malam hari

Aku sudah berjalan disini sekitar dua jam dan orang yang kucari belum juga kutemukan. Apa dia berbohong ? Jujur saja, aku sudah merasa kakiku kesemutan sejak 30 menit yang lalu. Pasti banyak diantara kalian yang bertanya “Kenapa tidak duduk?” . Tentu saja aku akan duduk jika aku menemukan tempat duduk yang bersih. Bukannya aku cerewet tapi bisakah kalian bayangkan duduk di tanah, di tempat yang banyak ulat dan serangga lainnya. Aku tidak berani membayangkannya.

Aku berpikir harusnya aku sekarang sedang makan malam bersama keluargaku –tapi apadaya keluargaku mengirimku ke Inggris untuk sekolah dan hasilnya…- bukannya mencari temanku yang menyebalkan itu. Kevin namanya. Menurut orang-orang, dia jenius dan punya tampang bak dewa. Menurutku orang-orang itu uda buta. Okelah Kevin emang tampan dengan tinggi 190 cm yang membuat aku yang hanya 155 cm menjadi sangat cebol, rambut dan mata yang hitam sepekat malam tapi dia nggak seganteng dewa kali! Dia keturunan Asia sama sepertiku. Bedanya, aku selalu banyak kurangnya dibanding bakatnya. Aku tidak sejenius Kevin dalam hal mesin dan aku juga tidak tinggi. Alasan kedua inilah yang membuat aku sebal bertemu dengannya. Soalnya, dia selalu mengejekku cebol.

Sejujurnya, aku termasuk anak berbakat menurut banyak orang termasuk keluargaku sehingga orangtuaku mengirimku sekolah di Inggris. Aku juga bisa karate dan ilmu tenaga dalam. Tapi, aku ini hidup dalam keluarga yang berada dan sangat dimanjakan, jadi kalau tiba-tiba uangku hilang di negeri orang, aku tidak tahu cara mencari uang. Jangan suruh aku jadi pelayan kafe! Aku tidak akan bisa melayani para tamu sambil tersenyum seakan aku senang melihat wajah mereka yang tidak enak dilihat. Jadi, saat ada orang yang menawariku pekerjaan yang tidak memerlukan senyuman dan berhubungan dengan banyak orang, aku terima tawaran itu. Dan, aku tidak menyadari saat menerimanya aku telah menandatangani surat kematianku.

Tiba-tiba aku melihat sesosok bayangan melompat dihadapanku. Segera saja kulepaskan serentetan tembakan . Sialnya, bayangan itu tidak terserempet peluru sedikitpun. Lalu bayangan itu maju ke arah cahaya bulan dan aku baru menyadari siapa dia. Pantas saja dia tidak terkena peluruku sama sekali. Aku yakin walau disini ada 20 penembak jitu, dia tetap bisa kabur dengan mudahnya, mengingat dia adalah The Avoidant alias Ketua Abomination of The Killer (ATK).

Mendengar nama kelompoknya, seharusnya kalian tahu kalau kelompok ini terdiri dari para pembunuh yang sangat keji tapi hebat dan berbakat. Kelompok ini seperti wabah bagi korban-korbannya. Sebenarnya ATK itu kelompok pembunuh bayaran, bedanya kelompok ATK akan membunuh korbannya dengan keji seperti yang diminta oleh kliennyaa. Misalnya si klien dendam dengan seorang janda karena dulu ditolak cintanya, maka si klien meminta korban dibunuh dengan cara mengeluarkan hati korban dari tubuhnya, ya sudah jadilah seperti itu. Jujur saja, kalau alasan se-simple itu aku selalu menolaknya. Aku tidak butuh uang kok. Aku hanya ingin dunia ini bersih dari orang-orang brengsek walau harapan itu hampir mustahil. Makanya klienku biasanya orang-orang yang punya dendam berat dan punya uang banyak. Misalnya orangtuanya dibunuh atau mengalami pelecehan seksual di masa lampau.

“Ketua, glad to see you again” sapaku sambil membungkuk hormat kepadanya. Ia tidak membalas sapaanku hanya senyum sinis yang tersungging di bibirnya. Sial! Dia menertawakanku.

“Athena, aku punya tugas untukmu.” serunya.

Ya Tuhan, apakah orang ini tidak bisa berhenti menyusahkanku dengan tugas yang dia berikan. Apa dia tidak sadar, bahwa aku sudah jadi buronan sekarang ? Mana mungkin aku berpergian dengan bebas seperti dulu?

Mengabaikan suara hatiku yang menjerit-jerit ketakutan, aku bertanya kepadanya, “Tugas apa Ketua ? Maafkan saya jika saya lancang, tapi apakah anda tidak menyadari bahwa saya telah menjadi buronan ? “

Ia memandangku dengan tajam lalu tertawa terbahak-bahak. Ya ampun, aku merasa seperti dalam film horor dan dia yang menjadi hantunya. “Apa kau berniat menentangku, Athena ?” tanyanya dingin.

Tiba-tiba aku merasa sentakan panas di pipiku. Sial! Kenapa, aku tidak menyadari tangannya bergerak ke arah wajahku? Aku merasakan darah mengalir di bibirku. Andai, aku tak pernah berhutang nyawa padanya, aku pastikan dia akan mati perlahan di tanganku.

“Aku ingin kau pergi ke Jakarta dan menyelidiki gadis dalam foto ini” ia melempar sebuah foto . Siapa ya gadis ini? Wajahnya manis dan cantik. Sepertinya, keturunan Eropa atau Yunani ya ? Sayangnya, nasibnya buruk karena harus berurusan dengan Ketua, sama sepertiku tambahku pahit. Bedanya, aku hanya anak buahnya sementara gadis itu… tanpa sadar aku bergidik memikirkannya.

“Aku mau, kau masuk ke sekolah yang sama dengannya dan beritahu aku segala informasi tentangnya. Soal kau jadi buronan, kau bisa menyamar karena aku yakin kau bisa. Dan satu hal lagi kau harus menjaga dia agar tetap suci karena dia adalah Gadisku!”

Aku tersentak mendengar ucapannya. Astaga, orang ini memang gila! Gadis di foto ini mungkin hanya berumur 12 atau 13 tahun, sementara Ketua sendiri kan sudah berumur 45 tahun! Dasar Ketua gila! Masa anak yang masih kecil begini, Ketua juga mau ?

“Ah, Athenaku sayang” aku merinding mendengar nada bicaranya. “Kau pasti mengiraku anak itu masih kecil bukan, apa kau tidak ingat tadi aku berkata apa ?”aku hanya diam mebiarkan dia melanjutkan perkataannya, “Saat aku bilang Gadisku, harusnya kau menyadari bahwa dia bukanlah anak kecil lagi. Dia telah berumur 15 tahun. Berbeda setahun dengan umurmu tapi kau pasti bisa masuk ke kelas yang sama mengingat otakmu diatas rata-rata. Tapi, kembali ke topik tadi, lihatlah betapa cantiknya dia dan aku yakin dia belum pernah tersentuh. Dia akan menjadi istriku yang ke 20, aku yakin dia dapat belajar melayaniku dengan baik.” tambahnya sambil tersenyum.

Ya Tuhan, bagaimana mungkin ? Gadis itu baru menginjak masa remajanya dan dia sudah harus menjadi istri orang gila ini ? jangan bilang kalau aku harus membawakan gadis itu untuk si Ketua bejat itu!

“Sayang sekali bukan kau tidak dapat menjadi istriku? Kau pasti sangat iri padanya bukan ?” tambahnya. Iri? Yang benar saja, justru aku bersyukur. “Kau bisa saja menjadi istriku, Athena sayang, tapi sayangnya aku tidak hanya menilai tubuh seorang gadis tapi aku juga menilai wajahnya, dan sayangnya wajahmu jauh dari kata cantik” senyum mengejek tersungging di bibirnya.

Aku memalingkan wajahku. Untung saja, kakek tua itu telah memberikanku silicon wajah ini. Silicon yang elastic dan bisa merubah wajah seseorang menjadi buruk rupa ataupun menjadi sangat rupawan. Untungnya lagi aku meminta kakek itu memberi silicon yang membuat wajahku jadi buruk rupa. Kalau tidak, aku tidak yakin aku akan aman dari Ketua bejat itu! Bukannya aku merasa wajahku sangat cantik tapi tetap saja wajahku kan tidak seburuk rupa itu.

Tiba-tiba aku menyadari bahwa Ketua telah pergi. Ya ampun, aku ini sangatlah bodoh. Aku melamun sampai tidak menyadari sekelilingku! Untung saja, tidak ada orang yang ingin menbunuhku –belum, batinku berkata- kalau tidak, aku pasti akan tewas dalam sekejap.

“Hai” sapa seseorang di belakangku. Walaupun suara itu tenang dan pelan tapi tangannya sangat dingin sehingga membawa efek yang sangat besar untukku.

“Huaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa” aku menjerit ketakutan sambil menutup mataku. “Ampun hantu! Aku nggak bermaksud disini kok. Aku hanya sedang mencari temanku dan… dan…”

Tiba-tiba sosok itu tertawa terbahak-bahak. Suara yang sangat familiar berdentang di telingaku sehingga kau membuka mataku. “Kevin gila! Tau nggak sih, Lu uda bikin gue kaget banget dengan tangan lu yang dingin kayak vampire!” akhirnya aku berhenti berteriak-teriak karena kelelahan.Sementara, yang kuteriaki masih tertawa. Dan ternyata memang karma itu ada, karena tiba-tiba kaki si vampire palsu terperosok tanah lembek sehingga celananya menjadi berlumpur.

“Hahahaha. Syukurin makanya jadi orang jangan iseng!” ejekku.

“Yah, paling tidak bukan aku yang ketakutan hanya karena vampire. Hahahahaha” aku cemberut mendengar ejekannya. Tiba-tiba aku memikirkan 1 hal yang penting.

“Kev, temenin gue ke Indonesia dong” ajakku.

Tiba-tiba Kevin terdiam dan raut wajahnya tak terbaca. “Lu nggak bakal kasih gadis itu ke Ketua kan ?” tanyanya `pelan. Aku terdiam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline