Telah banyak tersebar informasi mengenai peningkatan kurikulum, dan makin merebak dengan informasi semenjak Kurikulum 2013 dijalankan di Indonesia. Merebaknya Kurikulum 2013 ini terjadi dikarenakan banyak pihak mengeluhkan tentang keberlangsungannya. Terutama para murid yang mengeluh dengan mata pelajaran yang lebih banyak mereka terima ketimbang saat mendapatkan kurikulum berbasis KTSP (2006). Lalu, bagaimana dengan kabar Kurikulum Nasional yang sudah mulai dijalankan atau diuji coba sejak 2015 kemarin? Kurikulum Nasional ini merupakan sebuah wacana yang sempat bergulir pada saat Kurikulum 2013 mengalami proses revisi dan perubahan. Kurikulum Nasional ini dilakukan karena banyak masukan publik tentang Kurikulum 2013, sehingga diciptakanlah revisi dari Kurikulum 2013. Meski dari segi isi tetap sama dengan Kurikulum 2013, KurNas ini diubah dari segi penyajiannya dengan urutan-urutan yang lebih sistematis.
Dari penulis sendiri, melihat keberlangsungan Kurikulum Nasional intinya memang sama saja dengan kurikulum 2013. Hanya saja nantinya, akan lebih diporsikan bagian yang seharusnya. Jika sebelumnya sebuah mata pelajaran diajarkan di semester 1, maka akan digeser di semester 2. Kalau benar akan diporsikan seperti itu, maka setiap bab dari mata pelajaran mudah untuk dapat dikuasai setiap murid karena waktu untuk memahami setiap bab tersebut bisa lebih panjang sehingga tidak membuat guru terburu-buru dalam memberikan materi. Ini memungkinkan bagi para murid untuk pulang cepat dari sekolah masing-masing dan dapat mengisi waktu luang mereka dengan ikut bimbel atau les tertentu. Namun, tetap saja hal utama dalam mengajar setiap murid atau siswa bukan sepenuhnya terletak di penguasaan materi yang mereka dapatkan. Melainkan dari pendidikan karakter yang guru berikan. Kurikulum Nasional dapat diselipkan beberapa materi yang berkenaan tentang kehidupan sehari-hari, tentang bagaimana keharusan mereka dalam bersikap sebagai seorang murid yang baik terhadap guru, terhadap orang tua dan terhadap teman-teman sebayanya. Perlu juga pengenalan lebih dalam mengenai Tuhan mereka, tentang kewajiban mereka sebagai manusia yang patuh terhadap perintah Tuhannya masing-masing. Misalnya, dengan penerapan sholat diawal waktu untuk yang beragama Islam. Dengan begitu, mereka mulai paham kewajibannya masing-masing. Juga dengan langkah awal tersebut, yakni penerapan ibadah di sekolah. Nantinya dapat membantu keberlangsungan pembelajaran. Murid akan lebih semangat dalam mengikuti pelajaran karena sudah ada penyegaran di otak dari ibadah yang telah dilakukan. Pendidikan karakter seperti yang penulis contohkan diatas termasuk sangat vital. Penulis sangat mendukung bila keberlangsungan Kurikulum dapat meningkatkan karakter banyak siswa. seperti halnya judul yang penulis pakai untuk tulisan ini. Mengingat banyak murid atau siswa yang perilakunya jauh dari kata “dapat dicontoh”. Mereka menyerap perilaku tersebut dari temannya atau dari media sosial yang sudah lebih luas jangkauannya. Darisini, penulis menyadarkan perlunya pelajaran tentang pengembangan diri sedari awal masuk Sekolah Dasar. Dan tetap adanya permainan edukatif untuk melatih tingkat kepekaan mereka terhadap lingkungan. Sebelum akhirnya mereka memasuki jenjang lebih tinggi lagi di SMP, bahkan SMA. Tetap salurkan dukungan sebagai orang tua dan guru bagi mereka.
Darisini kesimpulan yang dapat penulis berikan perihal Kurikulum nasional. Jika ingin diterapkan, jangan buat setengah-setengah. Buat murid tidak terlalu kaku dengan banyaknya mata pelajaran. Berikan selingan tentang urgensi pendidikan karakter dan ajarkan sedikit demi sedikit. Ruang belajar murid tidak hanya di kelas sehingga ciptakan permainan edukatif untuk membuat kepekaan mereka muncul. Kita lebih butuh generasi masa depan yang lebih bermoral dan berakhlak mulia. Tidak hanya berpendidikan tinggi.
Salam pendidikan untuk kalian pejuang Kurikulum. Jangan andalkan ilmu saja jika ruh kamu kosong pada Yang menciptakan. Seimbangkan agar yang kamu peroleh, bermanfaat untuk orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H