Lihat ke Halaman Asli

KELOMPOK 3 PSM 23 A

Mahasiswa Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam , Universitas Negeri Medan

Takut Matematika? Jangan Salah, Jurusan Ini Tawarkan Prospek Kerja yang Luas Lho!

Diperbarui: 1 Juni 2024   08:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Siapa disini ketika mendengar kata "matematika" langsung berpikir sulit karena banyak hitungan dan bahkan tidak berguna??

Eitss... jangan salah, peluang sukses berkarir di bidang matematika besar lho!! apalagi mempunyai ilmu komputasi matematika.

Di era serba digital ini, teknologi berkembang semakin pesat. Perkembangan teknologi informasi dan komputer saat ini semakin maju, semua bidang ilmu memerlukan keahlian komputer, sehingga bagi para mahasiswa pemahaman logika matematika dan pembelajaran komputer sangat penting karena keduanya saling berhubungan. Apalagi untuk para mahasiswa yang mengambil jurusan matematika, dimana bukan hanya mampu mengajarkan matematika di kelas namun setelah berkembang nya zaman mereka juga harus mampu menguasai teknik pembelajaran online yang melibatkan kemampuan dalam memakai komputer, maka dari itu pembelajaran Algoritma Pemrograman ini sangat penting bagi mereka kuasai (Fitriani,2022).

Matematika itu dasar banget buat teknologi dan pengetahuan modern. Selain itu, matematika juga punya keakuratan tinggi buat ngelakuin pemikiran abstrak, analisis masalah, dan logika pembangunan (Rima & Rino, 2020). Jadi buat yang masih mikir matematika itu ga berguna kebangetan bangettt.

Dari tadi kan kita mengaitkan matematika dengan ilmu komputasi, buat yang masih binggung apa sih kaitannya, mari kita lihat mengapa kombinasi ini sangat kuat dan relevan di dunia saat ini.

Mengenal Komputasi pada Jurusan Matematika

Computational Thinking (CT) adalah metode pembelajaran yang berfokus pada pemecahan masalah, awalnya dikembangkan pada tahun 1950-an dan kemudian diadopsi kembali pada tahun 1980 dan 1996. CT digunakan untuk menghadapi tantangan pembelajaran abad 21 dengan tujuan menghasilkan hasil belajar yang mampu berpikir kreatif, logis, terstruktur, dan efisien. Konsep Computational Thinking juga diterapkan dalam pendekatan STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics) yang menggabungkan berbagai disiplin ilmu tersebut. Oleh karena itu, dalam kerangka STEAM, berpikir komputasi menjadi penting dalam mengatasi masalah kompleks dengan cara memecahnya menjadi langkah-langkah yang lebih sederhana, mengidentifikasi pola data, dan merancang algoritma untuk menghasilkan simulasi data yang membantu dalam menyajikan data dengan lebih mudah dipahami oleh pengguna (Hasanah.U,dkk.2022).
Pemikiran komputasional juga memungkinkan seseorang untuk meningkatkan kemampuan merancang dan melaksanakan solusi yang efisien dan efektif dengan menggunakan teknologi. Dengan menerapkan pemikiran komputasional, individu juga dapat mengasah keterampilan dalam mengidentifikasi kesalahan atau kekurangan dalam solusi yang ada dan dengan cepat melakukan perbaikan. Penting untuk dicatat bahwa pemikiran komputasional tidak hanya relevan bagi mereka yang ingin mengejar karir dalam teknologi atau komputasi, tetapi juga memberikan manfaat yang signifikan dalam berbagai bidang lainnya (N. Christi, S., dkk. 2023).

Bukti Nyata Kesuksesan

Supaya kalian pada percaya bahwa matematika itu bisa bikin sukses, kita bahas dulu salah satu alumni matematika yang Berprestasi di bidang teknologi, yakni Sergey Brin. Cowok kelahiran Moskow ini merupakan lulusan program matematika dan ilmu komputer di Universitas Maryland. Bareng temennya, Larry Page, mereka menciptakan mesin pencari paling populer sepanjang masa, Google! Bukti keren kalo matematika dan coding bisa menghasilkan hal-hal revolusioner, kan?

Terus ada juga Bill Gates, pendiri Microsoft yang kesohor itu. Sebelum menjadi raja software, dia sempat belajar di jurusan matematika di Harvard, meski nggak lulus. Tapi skillnya di matematika dan pemrograman udah tertanam dari SMA, dan itulah yang membuatnya suksesdi bidang teknologi.

Nggak ketinggalan, kita juga harus menyebut nama Satya Nadella. Pria berdarah India ini meraih gelar S1 Teknik Elektro, master Computer Science, plus MBA sebelum akhirnya menjadi CEO Microsoft mulai tahun 2014. Di bawah kepemimpinannya, Microsoft makin melejit khususnya di bidang cloud computing.

Ada juga Reed Hasting. Beliau adalah CEO Netflix, Reed Hastings, belajar matematika di Amerika, trus nyambi jadi guru matematika di Afrika Swaziland. Setelah itu, lanjut studi di Stanford buat dapet gelar master di ilmu komputer.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline