Lihat ke Halaman Asli

Membeli Buku Pelajaran Baru Setiap Tahun, Apakah Perlu?

Diperbarui: 11 Februari 2023   13:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Buku pelajaran mempunyai peran yang penting dalam kegiatan belajar dan mengajar di sekolah. Menurut Supriadi, buku teks berperan sebagai bahan ajar atau media instruksional yang dominan selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung. Dengan adanya buku pelajaran, murid lebih bisa fokus dan mengikuti apa yang diajari sambil melihat buku. Di rumah, murid juga bisa membaca-baca terlebih dahulu materi di buku sebelum dijelaskan di sekolah esok harinya. Selain untuk murid, guru juga membutuhkan buku pelajaran untuk sumber materi atau silabus. Guru juga dapat mengambil latihan soal dari buku.

Namun, buku pelajaran seringkali membebani murid dan orang tua murid, terlebih lagi soal biaya buku yang mahal. Buku pelajaran menjadi kewajiban untuk dimiliki seluruh siswa di Indonesia. Jika tidak mempunyai buku pelajaran, siswa akan sulit untuk mengikuti pelajaran. Namun kenyataannya sistem distribusi buku di masa sekarang menyulitkan siswa dari segi ekonomi. Harga buku pelajaran saat ini berkisar Rp. 100,000,- sampai Rp.500,000,- untuk sekolah swasta, belum lagi buku impor yang membuat biaya keperluan buku semakin mahal. Lebih parahnya lagi, buku pelajaran yang dipakai bukan hanya satu sehingga harganya juga akan berkali lipat mahalnya. Setelah lulus sekolah, buku tersebut hanya akan disimpan dalam gudang dan tidak tersentuh lagi. 

Daripada sekolah dan siswa memboroskan uang dan kertas untuk buku pelajaran baru setiap tahun, lebih baik sekolah mengambil alternatif lain. Salah satu alternatifnya adalah melakukan sistem menyewa buku. Jadi sekolah hanya perlu membeli buku pelajaran tersebut sekali saja hingga buku yang dipakai diganti. Siswa dan orang tua tidak perlu membeli buku tersebut, namun hanya membayar uang menyewa buku yang tentunya lebih murah. Setelah lulus atau naik kelas, buku tersebut digunakan oleh angkatan selanjutnya. Jika kurikulum diganti, maka buku-buku lama dapat didonasikan kepada orang lain yang membutuhkan atau didaur ulang. Hal ini akan amat memudahkan siswa untuk mendapat akses pada buku. Selain ekonomis, sistem ini lebih ramah lingkungan.

Setiap tahun, industri kertas menghabiskan 670 juta ton kayu. Sebagian besar dari kayu tersebut dijadikan buku. Apabila sistem menyewa buku diberlakukan, maka pemborosan kertas dapat dikurangi. Hutan-hutan di Indonesia dapat mempunyai waktu yang lebih banyak untuk kembali reboisasi. Pada dasarnya, menuntut pendidikan setinggi-tingginya hendaknya diiringi dengan kepedulian terhadap lingkungan.

Sistem sewa buku pelajaran di sekolah dapat membantu siswa, orang tua, dan sekolah. Siswa dapat menimba ilmu dari buku pelajaran tanpa memikirkan biayanya, orang tua dapat menghemat pengeluaran untuk membeli buku, dan sekolah bisa menghemat pengeluaran dalam pembelian buku. Selain itu, kita juga membantu anak-anak yang membutuhkan buku pelajaran namun tidak mampu membelinya. Terakhir, melalui sistem ini kita dapat berkontribusi pada kelestarian lingkungan dengan mengurangi kertas yang dipakai. Kiranya alternatif ini dapat mengurangi pemborosan uang dan sumber daya serta memudahkan akses untuk buku bagi para siswa.

Penulis: Cindy Fidelia Hendrawan dan Sandrina Agnes Natalie, 12 IPA 1, SMA Citra Kasih 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline