Lihat ke Halaman Asli

Cindy Carneta

Sarjana Psikologi

Kucing Jepang dan Indonesia, Apa Mereka Bisa Ngobrol?

Diperbarui: 22 Desember 2024   15:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi sekelompok kucing (dok: vecteezy.com)

Pernahkah Anda membayangkan suasana seperti ini. Seekor kucing Jepang melangkah anggun sambil berkata "nyaa", lalu kucing Indonesia menyahut "meong", dan kucing Inggris dengan penuh percaya diri berkata "meow". Bayangkan semua kucing dari berbagai negara berkumpul di satu tempat. Apakah mereka akan saling kebingungan seperti manusia yang berbeda bahasa? Atau justru mereka akan tetap akur dengan cara komunikasi rahasia khas kucing?

Terdengar seperti topik yang jenaka, tetapi menarik untuk dikaitkan dengan psikologi dan perilaku komunikasi universal. 

Lantas, apa yang sebenarnya terjadi jika kucing dari berbagai belahan dunia dipertemukan? Apakah "bahasa" mereka benar-benar berbeda, atau kita, manusialah yang terlalu membahasakannya?

Komunikasi Kucing: Naluri Universal yang Melampaui Kata

Jika manusia memerlukan kata-kata untuk berkomunikasi, kucing adalah makhluk yang lebih efisien. Mereka tidak butuh aksen British atau logat Jawa untuk bisa saling memahami. Kucing lebih mengandalkan bahasa tubuh, vokalisasi tertentu, dan feromon untuk menyampaikan pesan.

Dalam psikologi komunikasi, perbedaan antara komunikasi verbal dan non-verbal sangat krusial.

  • Komunikasi verbal: Kata-kata atau suara yang terstruktur seperti bahasa manusia.
  • Komunikasi non-verbal: Bahasa tubuh, gerakan, ekspresi wajah, dan tanda-tanda yang tidak bersifat vokal.

Menurut penelitian, 90% komunikasi kita sebagai manusia pun sebenarnya bersifat non-verbal (Mehrabian, 1967). Nah, kucing justru "bermain" di sini.

Kucing Berbicara dengan Tubuhnya

Kucing dari negara mana pun paham bahasa tubuh yang sama. Beberapa tanda umum yang bisa diamati antara kucing:

Ekor Tegak Lurus: Menunjukkan rasa percaya diri dan keramahan. Ini adalah sapaan "halo" khas kucing.

  • Ekor Mengembang dan Telinga Rata: Waspada, marah, atau merasa terancam.
  • Kedipan Mata Lambat: Tanda kasih sayang. Ini bisa diterjemahkan sebagai "Aku percaya padamu."
  • Menggosokkan Tubuh: Menandai wilayah atau menunjukkan rasa nyaman pada individu lain.

Menariknya, kucing-kucing ini tidak perlu sekolah atau pelatihan khusus untuk memahami bahasa tubuh ini. Naluri mereka sudah menyimpan semua "kode" ini sejak lahir.

Bagaimana dengan Suara? Apakah "Nyaa", "Meong", dan "Meow" berbeda?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline