Cover novel dibuat untuk merepresentasikan isi tulisan / cerita di dalamnya agar orang dapat lebih tertarik untuk membaca buku tersebut, maka dari itu selain cover novel harus dibuat dengan semenarik mungkin, juga harus dipertimbangkan unsur-unsur yang dimasukan kedalamnya apakah sesuai dengan setting kisah atau cerita pada novel tersebut? Sebuah cover novel yang sukses adalah ketika seluruh elemen dalam cover dapat menyatu dan terjalin keharmonisan yang akhirnya dapat membungkus karya sastra di dalamnya.
Seperti halnya salah satu cover novel karya Eka Kurniawan yang berjudul “CANTIK ITU LUKA” yang memiliki cover bernuansa klasik dan sendu yang dapat kita uraikan satu persatu dengan melihat lebih dalam lagi, dimana terdapat foto seorang wanita muda yang cantik dan elok dengan bentuk wajah oval dengan tulang pipi yang sedikit tirus, berhidung mancung, berbibir ramping, dan yang paling menonjol adalah wanita ini memiliki bola mata yang indah seperti kristal bening seperti bukan mata asli orang Indonesia. Pakaian yang ia kenakan adalah sebuah baju tradisional Indonesia yaitu kebaya putih dan kain bermotif batik yang menutupi tubuh bagian bawahnya, rambutnya yang disanggul rapih dan posisi duduk yang tegap dengan kedua tangan mengepal seperti menandakan status sosialnya yang berkharisma dan bermartabat tinggi. Kursi antik dan meja kecil disebelahnya dipenuhi oleh ukira-ukiran bernuansa klasik dan berkesan tradisional.
Selain gambar atau foto utama, cover buku juga biasanya memiliki gambar pendukung untuk memperindah atau membantu menyampaikan pesan tersirat dalam gambar tersebut. Seperti halnya kupu-kupu indah dengan beragam warna dan bentuk yang terlihat terbang dari arah sang wanita ke arah atas mengitari tulisan judul novel terbang menuju bagian atas buku seolah-olah ingin terbang bebas keluar dari tempat tersebut. Pada bagian background terlihat sebuah tembok berwarna coklat kusam yang memiliki banyak retakan seperti tembok yang mulai hancur dimakan waktu atau hancur terkena benturan atau guncangan. Yang menarik adalah dari sela-sela retakan tembok tersebut muncul bunga-bunga indah bermekaran seperti oasis ditengah padang gurun.
Unsur terpenting pada cover novel adalah penulisan dan peletakan judul buku. Sebuah judul buku harus mudah dibaca serta menampilkan unsur menarik yang sesuai dengan jiwa cover buku dan isi buku tersebut. Pada cover novel “CANTIK ITU LUKA”, penulisan judul ditulis menggunakan tipografi jenis dekoratif berlekuk-lekuk yang indah, berwarna coklat muda terang yang soft dan kalem. Judul ditulis dengan menggunakan huruf besar semua seakan-akan menyatakan secara tegas dan gamblang. Penulisan judul diletakan pada bagian atas foto wanita yang sedang duduk di kursi.
Setelah kita mengidentifikasi dan mendeskripsikan elemen – elemen visual dalam cover tersebut, maka selanjutnya kita dapat menginterpretasikan setiap elemen tersebut satu persatu untuk lebih memahami lebih dalam arti-arti tersirat yang mungkin tertanam dalam cover novel tersebut. Seperti sosok wanita yang sedang duduk dengan kedua tangan mengepal diletakan pada atas pangkal paha, posisi kaki terbuka yang pada zaman dahulu merupakan hal yang kurang sopan untuk seorang wanita, lalu posisi duduk dengan badan tegap seperti seorang bangsawan seperti contoh dibawah ini:
Pakaian yang dikenakan oleh wanita pada cover novel adalah baju adat Jawa yang melambangkan bahwa wanita tersebut hidup pada Indonesia zaman kuno, sarung bercorak batik yang ia kenakan melambangkan kecintaannya pada kebudayaan Indonesia yang tradisional.
Selain itu, kupu-kupu pada cover memiliki sebuah makna yang lebih mendalam. Ketika kita melihat kupu-kupu yang terbang dengan bebas dengan sayap yang indah maka semua itu tidak terlepas dari proses metamorfosis yang panjang dimana semua berawal dari sebuah telur.
Telur melambangkan ketergantungan dan ketidakberdayaan. Butiran-butiran telur yang keluar dari rahim sang kupu-kupu, tergeletak tak berdaya di dedaunan yang dipilih oleh sang bunda untuk meletakkannya. Sang induk dengan penuh kasih sayang memilihkan tempat yang dianggap paling aman dan nyaman bagi sang telur. Telur hanya bersifat pasif, nasibnya sangat tergantung kepada pihak lain dan lingkungannya.
Setelah itu telur akan menetas dan berubah menjadi ulat.
Ulat bersifat merugikan karena aktifitas yang mampu ia lakukan hanyalah memakan dedaunan untuk kelangsungan hidupnya. Ulat menjadi parasit bagi pihak yang menghidupinya, mengeksploitasi pihak lain tanpa memberi timbal balik, juga berdampak destruktif bagi lingkungan sekitarnya. Warna tubuhnya juga menyesuaikan diri dengan dedaunan, terutama menyamarkan keberadaannya untuk mengamankan dari para predator. Setelah itu fase selanjutnya adalah ulat membungkus diri dalam sebuah kepompong seperti sebuah inkubasi.
Kepompongmerupakan sebuah cangkang pelindung untuk melindungi ulat dari para predator, kepompong ini juga diletakan dibawah helai-helai daun agar terlindungi dari semua ancaman yang bisa menimpanya setelah memasuki masa inkubasi ini. Setelah menutup diri dari lingkungan dalam jangka waktu tertentu, maka ulat yang berada di dalam kepompong akan keluar menjadi seekor kupu-kupu indah nan elok.