Lihat ke Halaman Asli

Ira Cindriana

Ira Cindriana, S.Pd.I

"Sarjana", Pentingkah bagi Seorang Perempuan?

Diperbarui: 1 Juli 2020   18:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Aku adalah salah seorang Alumnus Mahasiswa yang ada di Cirebon. Cita- cita ku dari kecil ingin menjadi seorang guru. Aku mengambil fakultas tarbiyah agar bisa memperdalam ilmu pendidikan dan bidang yang aku sukai. 

Suatu hari aku  mencoba mencari pekerjaan di tengah kesibukan jadi seorang mahasiswa. Tibalah suatu ketika aku mendapatkan pekerjaan itu dan bisa mengerjakannya sambil kuliah. Awalnya aku ragu melakukannya. Namun dengan semangat yang tinggi aku bisa melalui semua itu. Dan pada akhirnya aku bisa lulus kuliah sambil kerja.

Di kemudian hari aku mencari pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang aku yang kuliah pada jurusan keguruan. Aku berkunjung di beberapa sekolah untuk menjadi tenaga pendidik namun belum ada kabar yang diharapkan. 

Hingga suatu saat aku letih menunggu kabar baik itu, akhirnya aku memilih kerja di sebuah perusahaan. Seiring berjalannya waktu aku kembali melamar ke beberapa sekolah dan akhirnya aku menjadi guru tidak tetap di sebuah sekolah swasta.

Singkat cerita, aku menikah dengan seorang laki-laki. Dan pada kehamilan pertama aku memilih berhenti menjadi guru tidak tetap di sekolah tersebut karena jaraknya yang lumayan jauh. Aku lebih memilih menjaga janinku dengan penuh kasih sayang. Semua aktivitas yang aku lakukan hanya yang kemungkinannya tidak berresiko. 

Aku sadar melepas pekerjaan bagi seorang sarjana tidaklah mudah. Butuh kekuatan mental yang sangat besar karena pastinya banyak masyarakat yang beranggapan "sayang kalau sarjana ijazah nya tidak digunakan". Namun bagiku memilih menjalani kehidupan dengan yang lebih prioritas.

Tiba saatnya si buah hati "lounching". Aku dan suami bangga dengan melihat buah hati tersenyum. Hari demi hari ku lewati bersama si kecil 24 jam sehari penuh. Tanpa kehilangan sedikitpun waktu yang kami habiskan berdua. Tiap detik tumbuh kembangnya selalu ku perhatikan. 

Hingga pada suatu saat aku bisa mengisi waktu luangku dengan berbagai pekerjaan "online" ku yang bisa dikerjakan di rumah sambil menjaga buah hati. Anak adalah anugrah terbesar dan sangat berharga. 

Semua ilmu yang ku dapat tidak akan sia-sia karena bisa  menjadi bekal untuk mendidik anakku. Seorang perempuan yang mempunyai pendidikan tinggi dan kemudian memilih memprioritaskan anaknya itu tidak akan sia-sia ilmunya. 

Dan bagi perempuan yang memilih karirnya juga bukanlah perempuan yang tidak peduli dengan anaknya. Hidup ini adalah pilihan. Tergantung bagaimana kita bisa memprioritaskan mana yang baik untuk kita. Bukan kata orang lain. :-)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline