Lihat ke Halaman Asli

Cinddy Rahaja

PENERIMA BEASISWA UNGGULAN KEMDIKBUD TAHUN 2017

Demi Masa Depan yang Lebih Baik

Diperbarui: 13 September 2020   09:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Seperti berita yang telah beredar bahwa tingkat penyebaran virus Covid-19 di Indonesia dapat dibilang terlalu cepat, padahal negara China yang pertama kali mengumumkan ada nya virus Covid-19 saat ini angka penyebarannya sudah melandai, bahkan negara kita, tanah air kita, Indonesia, saat ini telah melampaui China yang sekarang berada di posisi 39 negara penyebaran virus Covid-19.


Siapa yang salah? Mengapa bisa?


Yang salah kita semua! Kenapa? Jika di pikirkan kembali ke bulan Maret atau April, dapat dilihat banyak kasus atau fenomena yang membuat titik baru penyebaran virus Covid-19. Sebagai salah satu contohnya adalah beberapa waktu lalu sempat viral di media sosial mengenai penutupan sebuah outlet makanan cepat saji yang cukup terkenal, dan banyak orang berkumpul hanya untuk hadir dalam acara penutupan outlet tersebut. Demi mendapatkan foto dan video ataupun merasa kehilangan akan outlet tersebut, padahal masih banyak outlet makanan cepat saji tersebut yang tersebar di berbagai daerah. Mereka rela mendekatkan diri, membuang kesempatan untuk hidup lebih aman dan sehat, membawa diri mereka sendiri ke bahaya Covid-19, yang mana mereka sendiri pun tidak tahu apakah ada yang positif dengan gejala namun belum sadar, positif tanpa gejala dan yang mana yang sehat negatif Covid-19.


Tidak hanya fenomena lama, namun fenomena yang baru terjadi adalah berhubungan dengan Pilkada tahun 2020. Bawaslu menginformasikan bahwa sebanyak 243 bakal calon pasangan yang telah mendaftarkanan diri ke KPU terduga tidak mengikuti protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.


Dari dua fenomena diatas dapat kita lihat bahwa yang salah dalam menangani penyebaran Covid-19 ini bukan hanya kita sebagai warga negara Indonesia, melainkan calon pemimpin pun masih salah dalam menangani penyebaran Covid-19 ini. 


Semenjak adanya 'New Normal' dengan aktivitas normal yang harus diikutsertakan dengan protokol kesehatan oleh pemerintah pun masih banyak adanya pelanggaran, seperti hal yang cukup kecil, yaitu menggunakan masker. Pemerintah mengatakan bahwa jika ada orang yang tidak menggunakan masker, maka akan dihukum dengan cara menggunakan rompi berwarna orange serta menyapu jalanan. Nyatanya? banyak orang yang menggunakan rompi orange sedang menyapu jalanan. Itu artinya masih banyak yang melanggar peraturan pemerintah mengenai penggunaan masker.


Saya pun juga melihat langsung ketidakketatan masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan yang di tetapkan pemerintah. Seperti contohnya, ketika saya berpergian menggunakan transportasi umum, masih ada supir yang melepas masker jika tidak ada aparat kepolisian dan menggunakan kembali jika melihat aparat kepolisian. Ada juga ketika saya berkunjung ke salah satu pusat perbelanjaan, pihak security yang tugasnya adalah untuk menjaga agar seluruh pengunjung di cek suhu tubuh dan dipastikan telah mencuci tangan serta menggunakan hand sanitizer, terkadang masih hilang dan masih bisa lolos karena waktu itu saya pernah lupa mencuci tangan dan menggunakan hand sanitizer tapi tidak ada teguran padahal security tersebut melihat saya tidak mencuci tangan dan bahkan ada juga yang tidak ada security nya sehingga kita bebas masuk dan keluar. Tidak hanya di pusat perbelanjaan, tempat yang sering kita kunjungi seperti warung makan pun seperti itu. Ada yang tidak di himbau untuk cuci tangan, ada yang menyediakan air untuk cuci tangan tetapi air nya sudah keruh, ada juga yang tidak di cek suhu tubuh bahkan ada yang tidak menerapkan social distancing jadi sebagai pengunjung kita bebas untuk duduk bersebelahan tanpa harus menjaga jarak.


Walaupun PSBB memberikan dampak yang luar biasa terutama perekonomian Indonesia, tapi PSBB yang tegas dan ketat perlu dilakukan. Saya sendiri juga tidak ingin diberlakukannya PSBB, karena mencari lapangan pekerjaan jadi semakin sulit karena kantor harus tutup atau bahkan pengurangan karyawan karena operasional perusahaan tidak normal seperti biasanya sehingga pemasukan pun berkurang. Tetapi jika tidak diberlakukannya PSBB yang ketat, mau sampai kapan negara kita Indonesia di jajah oleh virus ini? Demi Indonesia yang lebih baik saya rasa semakin cepat diberlakukannya PSBB yang ketat dan tegas, semakin lebih cepat penyembuhan negara ini, semakin baik juga kehidupan kita kedepannya.


Lekas sembuh, Indonesiaku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline