Seorang gadis muda tampak murung di tengah hari yang sedang cerah. Matanya begitu sayu, dan sesekali menyeka air mata yang membasahi pipinya. Padahal dia sedang duduk di bawah terop kegiatan PBAK yang sedang diselenggarakan pihak kampusnya. Ada apa gerangan?
"Mba, hari ini ada demo di depan gedung DPRD ya?" Ujar salah seorang rekan gadis itu. "Iya.. bener. Ada demo. Tapi waktu aku nanya temen yang sedang magang di sana, katanya para dewan lagi sibuk gladi bersih untuk pelantikan dewan baru yang akan datang, ga peduli dengan kerusuhan yang terjadi di depan gedung tempat mereka bekerja itu." Temannya hanya tersenyum miris mendengar jawaban itu. "Sekarang ndak ada yang bener, hampir semua lembaga negara bermain. Kamu dah dengar pernyataan Presiden kepada KPU yang baru-baru ini? Presiden bilang, 'saya tau capeknya anggota KPU belum hilang'. Dan karena statement itu, tunjangan KPU dinaikkan hingga 50%. Awal mulanya Mahkamah Konstitusi dan KPU yang berkorban demi si sulung, dilanjut dengan Mahkamah Agung yang tak mau ketinggalan berjuang demi si bungsu. Di tengah Mahkamah Konstitusi sudah kembali ke jalan yang seharusnya semenjak pertukaran ketua, malah DPR yang berusaha untuk membantai Putusan Mahkamah Konstitusi yang dikeluarkan. Hati saya sakit.. Sakit melihat kondisi negara kita yang bobrok seperti ini.." Lanjut si gadis muda hingga air mata tak bisa terbendung lagi.
"Aku cuman mahasiswa, guys. Aku ndak tau harus berbuat apa. Aku bingung.. Mau ikut demo sebagai bentuk luapan rasa sedih aja ndak bisa, ortu ngelarang. Cuman bisa cerita dan ngasih tau mahasiswa lain kalau Indonesia sedang tidak baik-baik saja." Teman-teman gadis itu hanya terdiam. Hari itu dilalui dengan hati yang merana. Belum ada infomasi lanjutan juga seputar demo di DPRD. Keesokan harinya, barulah terdengar berita "Tadi pak ketua DPRD keluar gedung, tapi sebentar cuman buat liat kondisi karena ricuh banget. Polisi juga sempat nyemprot gas air mata. Tapi malamnya syukur dah aman." Ucap teman gadis muda itu. Alhamdulillah, batin si gadis.
Sebelum terlelap, seolah terdengar bisikan halus di telingan si gadis yang berkata, "Ibu Pertiwi sedang sakit.. Doakan ya, biar cepat sembuh. Dan kamu harus menjadi salah satu dokter yang menjaga dan mengobati Ibu Pertiwi kita di masa yang akan datang.."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H