Lihat ke Halaman Asli

Aksi Begal Motor, Emosi Masyarakat dan Polisi

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Beberapa bulan terakhir ini aksi begal motor begitu menggelisahkan masyarakat. Maraknya aksi begal motor yang begitu marak akhir akhir ini, terjadi begitu merata di sekitaran Jabotaberk. Berita terakhir yang membuming dimedia masa dan medsos adalah aksi pembakaran pelaku yang terjadi di pondok aren Tangerang selatan. Tentu perbuatan aksi main hakim masyarakat ini sangatlah disayangkan, karena dapat memutus usaha penyelidikan kepolisian untuk mengungkap jaringan kejahatan yang semakin marak akhir-akhir ini.

Namun, aksi brutal masyarakat ini, tentu bukan tanpa sebab. Aksi tersebut merupakan reaksi dari rasa tidak aman mereka bahkan  mungkin saja terjadi karena rasa ketidak percayaan masyarakat pada kinerja kepolisian dalam mengungkap kejahatan sadis ini. Emosi masyarakat seperti tanpa kendali, saat aksi begal yang sadis semakin merebak marak terjadi disekitaran jabodetabek secara beruntun, ada apa ini?.

Begitu saya sebagai rakyat awam bertanya. Saat gonjang-ganjing kisruh KPK-POLRI, meski menurut saya, ini sangat tidak tepat, lebih tepatnya personil KPK vs Personil POLRI dan saya yakin rakyat tahu itu. Saat mulai sedikit mereda, kenaikan harga beras yang mencekik leher, perilaku korup para pejabat Negara dan kini aksi begal motor yang semakin marak di jabodetabek. Kondisi ini tentu sangat memenatkan kondisi masyarakat, saat masyarakt mampu menangkap tangan pelaku begal yang juga sudah kelewat batas, kepenatan yang memuncak melahirkan emosi masal tanpa kendali, disitulah emosi dituangkan. Habislah waktu hidup pembegal itu dengan aksi pembakaran.

Meski aksi masa tersebut tidak bisa dibenarkan, demikian juga halnya pembegalan adalah kejahatan yang meresahkan masyarakat arus bawah, pihak kepoisian seharusnya tidak hanya menanggapi aksi tersebut dengan retorika, seharusnya pihak kepolisian mengevaluasi diri dengan mencari akar masalah peristiwa itu. Mengapa aksi begal marak terjadi? Dan apa akar penyebab emosi masa mengungkap dalam wujud yang anarkis? Evaluasi ini sangat penting tentunya, ditengah gencarnya gerakan  mencitrakan diri untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat kalau polisi itu dekat dengan masyarakat, sebagai pelayan dan pengayom masyarakat dan pemberi rasa aman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline