Lihat ke Halaman Asli

Bukan Kalian Tapi Kita

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14173912761506810387

[caption id="attachment_379543" align="aligncenter" width="192" caption="dok. pribadi / screenshot"][/caption]

[caption id="attachment_379545" align="aligncenter" width="192" caption="screenshot/dok pribadi"]

1417391496716620583

[/caption]

Pagi tadi aku iseng buka fb dan nemu hal kayak gini. Post yang sangat tidak pantas menurutku.

Kalau kurang jelas, kurang lebiih bunyinya seperti ini : “Akibat operasi zebra!! Pagi tadi Polisi Solo tewas mengenaskan menabrak tiang listrik, gara-gara mengejar pengendara yg tidak memakai helm. Ngejar duit 50rb,... tiang yg didapat,... Preman yg berseragam,... minta2 uang di jalan,... dngan kejadian ini bnyak orang yg senang,... bhkan do’a2 keburukan akan sealalu mnyertai kalian,... smpai kapan kalian akan bertaubat???”

Post itu disertai dengan foto yang memang bergambar seorang polisi yang tergeletak bersimbah darah dan dikerumuni oleh rekannya sesama polisi.

Tapi lo, apa ya pantas nge-post seperti itu? Tau apa kalian yang berpikiran sama tentang polisi itu, kok bisa-bisanya nge-judge orang lain. Bukankah seharusnya bila tak sanggup mendo’akan, cukuplah ber-tarji’ Innalillahi wa inna ilaihi roji’un?

Ngenes se ngenes2nya. Menurutku, bila kejadiannya memang mengejar pengendara yang tidak memakai helm, tindakan mengejar itu sendiri tidaklah salah. Siapa yang tau yakin 1000% kalau niatnya mengejar untuk meminta uang? Siapa tau ternyata dia mengejar untuk melaksanakan tugasnya sebagai polisi, menilang dengan prosedur yang benar, memberi edukasi kepada si pengendara bahwa tidak memakai helm adalah tindakan salah, melanggar lalu lintas dan membahayakan diri. Kalaulah memang benar bahwa dia berniat minta uang, ya biar menjadi dosanya sendiri. Ngapain kita ikut nambah dosa dengan berkomentar seperti itu.

Saya yakin, masih banyak polisi kita yang jujur memegang prinsip dan aturannya sebagaimana saya yakin bahwa manusia ada yang baik, ada yang tidak. Ada PNS yang jujur, ada yang tidak. Ada Pengusaha yang jujur, ada yang tidak. Hanya saja, yang terekspos di media kita kan yang buruk-buruk aja. Jadi, darimana mau ngambil contoh teladan yang baik? Jawabannya saya rasa masih ada di sekeliling kita jika kita masih mau membuka mata.

Akhirnya, saya tutup tulisan saya dengan mengomentari kalimat terakhir di post itu. “Sampai kapan kalian akan bertobat???”. Tak pikir-pikir, kata “kalian” itu tidak tepat, harusnya “kita”. Saya, Anda dan kita semua. Kita yang masih suka berprasangka buruk kepada orang lain, kita yang masih bersikap tidak jujur, kita yang tidak memberikan contoh yang baik pada sesama terlebih pada generasi yang lebih muda, kita yang tidak menaati aturan dan kita yang tidak saling menasehati dalam kebaikan.

Salam kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline