Lihat ke Halaman Asli

Pemikiran Ranggawarsita, kalasuba, katatidha, kalbendhu dan fenomena korupsi di Indonesia

Diperbarui: 21 Juli 2024   07:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemikiran Ranggawarsita, Kalasuba, Katatidha, Kalabendhu, dan Fenomena Korupsi di Indonesia
Masyarakat Jawa di masa lalu mengenal sejumlah nama pujangga besar yang melestarikan dan mengembangkan kesusastraan Jawa. Salah satu nama yang terkenal adalah Ranggawarsita.

Ranggawarsita atau Raden Ngabehi Ranggawarsita dikenal sebagai seorang pujangga besar dari Kasunanan Surakarta Hadingrat. Dia lahir pada tahun 1802 dan wafat pada tahun 1873.
Ranggawarsita dianggap sebagai pujangga terakhir tanah Jawa. Pasalnya, sepeninggal Ranggawarsita belum ada sastrawan lain yang bisa menyamai atau mengunggulinya.
Silsilah Ranggawarsita Raden Ngabehi Ranggawarsita memiliki nama asli Bagus Burhan. Dia lahir pada Senin Legi, 10 Zulkaidah 1728 Saka, atau 25 Maret 1802 Masehi di Kampung Yasadipura, Surakarta.
Pemikiran Ranggawarsita adalah warisan sastra Jawa yang kaya akan nilai filosofis dan spiritual. Kalasuba, Katatidha, dan Kalabendhu adalah karya-karya sastra Jawa klasik yang mendalami berbagai aspek kehidupan dan manusia. Di sisi lain, fenomena korupsi di Indonesia merupakan persoalan sosial dan politik yang kompleks, melibatkan penyalahgunaan kekuasaan dan sumber daya untuk keuntungan pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline