Lihat ke Halaman Asli

Cika Aprilia

Mahasiswa Antropologi Sosial, Universitas Diponegoro

Nikah Muda Vs Berdagang Pop Ice

Diperbarui: 17 September 2021   18:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Facebook.com/bayanidwi

Dilema pernikahan muda dan kesiapan finansial mulai menjadi buah bibir di masa ini. Kita mengetahui bahwa kesiapan finansial patut diperhitungkan misalnya, biaya hidup dan biaya tidak terduga lainnya. 

Kehidupan realitas yang berjalan menekankan manusia pada garis hidup berbeda, terutama usia muda dimana manusia lainnya mempunyai takdir dan nasibnya yang berbeda antara satu dan lainnya. 

Di samping itu manusia juga memiliki nilai dan norma yang mengatur pola hidup mereka. Asumsi-asumsi demikian yang membentuk manusia lainnya semacam tidak berkutik untuk hidup dalam kebebasan.  

Hal ini adalah konstruksi sosial yang sengaja dibangun guna menyampingkan realitas bahwa kemiskinan struktural adalah lingkaran setan yang harus diberantas bersama.

Mengapa demikian? dalam realitas yang berjalan pernikahan muda tidak sebatas menghindarkan zinah tapi juga bagaimana kehidupan yang berjalan mampuh menghidupi pelaku dan orang-orang yang berada dalam lingkungannya.  

Banyak cara untuk menghindarkan zinah memang salah satu diantaranya adalah menikah. Namun, tidak semata-mata menikah adalah satu-satunya cara yang tepat. Kondisi demikian pula harus mempertimbangan kesiapan mental, finansial yang sesuai dengan kondisi pelaku.  

Seperti planning finansial, kesiapan ilmu parenting, hingga permasalahan-permasalahan ekonomi, terlebih lagi mereka yang lahir dalam keadaan sandwich generation ini akan memperburuk situasi kondisi sosial apabila tidak mempertimbangkannya.

Dalam keberjalannya memang tidak mudah menentukan keputusan yang tepat, akan ada plus minus dalam langkah yang akan diambil. Termasuk pula perekonomian mandiri istri setelah menikah. 

Pilihan-pilihan seperti menjadi ibu rumah tangga absolut, karyawan swasta, hingga  berdagang . Hal ini merepresentasikan perempuan-perempuan sudah berani mengambil andil dalam kondisi perekonomian keluarga. 

Pemikiran masyarakat menyimbolkan berdagang pop ice sama dengan ketimpangan perekonomian dalam rumah tangga adalah sesuatu hal yang perlu di tinjau kembali. Mengingat kembali bahwa setiap orang lahir dengan situasi dan kondisi berbeda. 

Roda perekeonomian juga tidak selalu bergantung pada laki-laki. Hal terpenting dalam rumah tangga adalah sebuah consent atau persetujuan. Tidak ada hina bagi mereka yang berani berdiri di kaki sendiri.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline