Lucu ya. Manusia semakin banyak variannya. Saking banyaknya Dru sudah kepalang tanggung untuk mundur perlahan dari obrolan-obrolan manusia. Menghindar dari pertemuan-pertemuan penuh ambis bahkan memilih untuk pura-pura tidur untuk setiap pertunjukan-pertunjukan sengit antar umat manusia
Dru meratapi banyak kisah yang terjadi akhir-akhir ini.
Dulu banyak cita-cita Dru. Hingga akhirnya Dru menyesal kenapa harus mengenal kata cita-cita.
Kenapa harus berjuang untuk menggapai cita-cita.
Kenapa harus punya harapan.
Berada pada fase kemarahan yang sudah tidak lagi bisa diterjemahkan.
Dru mencoba merenungi diri
Ada apa denganku?
Pagi itu Dru sepakat dengan dirinya bahwa tepat jam tiga pagi Dru harus segera bergegas agar tak seorang pun mengetahui kepergian Dru.
Awalnya untuk menghemat uang saku, Dru memilih untuk backpack-an walaupun belum paham kaki mengajak kemana besok pagi.
Namun setelah menatap lama bulan purnama, Dru akhirnya memilih jadwal keberangkatan tempat wisata yang seharusnya Dru kala itu berkunjung Bersama Bram.
Kemudian memilih hotel yang nyaman, karena Dru tidak punya jadwal lain selain menetap di sana selama satu minggu, bangun, tidur, bangun lalu tidur lagi.
Tidak ada mall, tidak ada pantai, tidak ada beli oleh-oleh.
Dan yang pasti tidak ada Bram.