Namanya manusia, sangat wajar punya nafsu, sangat wajar punya emosi dan sangat wajar tiba-tiba membuncah kemudian mencaci dan memaki saat menemukan sesuatu yang tidak dikehendaki.
Namun jika mau dihargai oleh sesama, ada baiknya kamu mampu mengolah dengan bijak setiap kata yang akan engkau sampaikan.
Sudah banyak sekali kasus yang berawal dari saling hujat kemudian berujung dengan dipolisikan.
Lucu ya, sekarang bukan saja lidah tak bertulang, tapi jari kebablasan menari.
Satu ketika, salah seorang temanku Bunga nangis meraung-raung.
Datang tiba-tiba kemudian memesan kopi sambil raut muka dipasang semrawut.
Aku yang melihatnya sebetulnya ogah ngeladenin. La iya ngapain harus aku dengarkan orang lagi panas membara, inginnya meluap emosi namun sayang salah sasaran kalau sampai aku kena semprotnya.
"Dasar cowok kurang ajar, kurang apa coba gue sama dia. Gua ga pernah itungan, sebisa mungkin gue ada buat dia. Gue bikin senyaman mungkin. Dasar kampret masa gue ditinggalin gitu aja cuma gara-gara perempuan yang baru dia kenal. Kurang ajar ga tuh pacar gue?"
No Comment, aku malas komentar. Biar saja dia pasang petasan sesuka dia.
"Bang, kopinya cepet dong. Lama banget sih. Cuma tuang aja ampe ngabisin waktu banget."
Tuh kan, jadi kemana-mana marahnya. Selama emosi masih dia bungkus penuh maka selama itu pula dia akan semprot orang-orang di sekitar dia, sampai dia puas, sampai hatinya lega dan sampai dia bisa tersenyum.