Lihat ke Halaman Asli

Karena Lapar jam 2 Pagi, Tiket Hilang

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jarum jam sudah menunjukan pukul 20.30 WIB. Kami berdua turun dari becak kemudian nyari tempat duduk di ruang tunggu. Mas Indra, senior saya dari Ciamis, sudah nyampe duluan. Kami salaman dulu dan ngobrol ngalor ngidul sebentar. Mas Indra berangkat jam 23.00, dua jam lebih lama dari pemberangkatan kami.

Tak terasa sudah 30 menit kami mengobrol. Saya dan Irfan berpamitan untuk masuk ke ruang pemeriksaan yang selanjutnya akan menugggu di dalam stasiun. Petugas meminta KTP dan tiket saya. Setelah cocok, mereka mempersilakan saya untuk masuk ke tempat pemberangkatan. Terasa lebih nyaman naik moda angkutan Kereta Api akhir-akhir ini. Di bawah komando pak Jonan, PT. KAI sebagai BUMN, telah bertransformasi ke arah yang lebih baik. Mulai dari penertiban tiket sampai perawatan stasiun dan kereta api. Dulu tidak ada nama dan no KTP pada tiket, sekarang ada. Calo pun menganggur. Dulu mau masuk ke ruang pemberangkatan tidak ada pemeriksaan KTP, sekarang ada. Dulu banyak pedagang asongan di dalam kereta, sekarang tidak ada. Dulu cukup nyaman naik kereta api, sekarang super nyaman naik kereta api. Pokoknya enak kalo naik kereta api sekarang ini..

Kereta Malabar pun datang sesuai jadwal. Kami masuk ke gerbong bisnis dan mencari tempat duduk. Setelah nyaman duduk, kami mengobrol sebentar sambil menunggu rasa kantuk. Sejam dua jam waktu pun bergulir. Rasa kantuk pun mulai menyerang. Sungguh tak enak kalau tidur di kursi. Kami pun sudah berbagai gaya tidur dipraktekkan, namun tetap saja tidak nyaman.

Setelah melihat keluarga kecil di samping kursi kami yang tidur lelap, akhirnya saya putuskan saya tidur di bawah sedangkan irfan tidur di kursi. Ceritanya mencontoh keluarga kecil di samping. Dengan dialasi dua bantal yang empuk akhirnya saya pun terlelap sampai jam menunjukan angka 02.00 pagi. Sejam lagi sebelum kita nyampe di stasiun Solo Balapan.

Tak disangka, alarm tubuh saya berbunyi. Krubuk krubuk krubuk..dengan diiringi perih di perut. Kemudian menyampaikan pesan ke Otak untuk berkata, “duh lapar..harus cari makanan nih”.

Saya bangun, duduk sebentar lalu beranjak ke restorasi. Tiket jatuh dari saku jaket. Saya mengambilnya, memasukan lagi ke saku kemudian beranjak ke Restorasi. Saya memesan nasi goreng dan teh hangat. Pelayan pun dengan sigap melayani saya.

Beberapa lama kemudian hidangan nasgor sudah siap di meja. Nasgor, daging ayam dan telor ceplok menantang saya. Saya langsung mengiyakan tantangan nya. Diiiringi suara bising mesin lokomotif dan udara yang dingin, saya lahap nasgor cs sampai habis. Alhamdulillah..cukup lumayan rasanya namun harganya mahal. 1 porsi nasgor ditambah teh hangat dan sebotol air mineral saya tebus Rp.35.000. Agak mahal sih, tapi gapapa lah yang penting saya tidak lapar.

Setelah acara makan di restorasi selesai, saya kembali lagi ke kursi. Irfan bangun lalu saya ngasih dia air mineral. Lumayan buat ngebasahin tenggorokan.

Setelah merenung beberapa detik koq perasaan gak enak. Saya tidak hiraukan perasaan itu. Tapi koq semakin menjadi-jadi. Saya periksa saku ..lalu kami pun panik. Saya dan irfan panik sendiri. Maklum kami dari dulu terkenal pelupa. Semua saku sudah di periksa namun tetap tidak ada. Irfan berusaha menenangkan diri, “tenang aja kita bisa cetak ulang di stasiun”.

Pukul 03.15 kami sampai di Stasiun Solo Balapan. Kami turun langsung ke bagian Tiket. Irfan menerangkan kronologi nya. Petugas menjawab, “maaf mas tiket tidak bisa dicetak ulang”. Waduh..ongkos berangkat terancam tidak diganti oleh kantor nih.

Solo, 22 Oktober 2014..sedang kebingungan nyari penginapan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline