Lihat ke Halaman Asli

Semoga Kita Tidak Seperti Anak Kucing Ini!

Diperbarui: 24 Juli 2020   08:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

etindonesia.com

Kemarin pas pulang dari sekolah, di tengah jalan saya menemukan seekor anak kucing. Benar-benar masih anak. Masih menyusui kayaknya.

Pada saat itu selesai hujan deras. Seekor anak kucing  berada di tengah jalan. Persis di garis pembatas pertengahan jalan. Padahal hanya seekor anak kucing. Ada apa?

Pada saat melintas, dari jauh saya lihat ada anak kucing di tengah jalan. Jadi saya pelankan laju motor saya. Takut kalau sewaktu-waktu anak kucing tersebut tiba-tiba berjalan ke tepi.

Kadang jika sudah begitu, pilihannya tertabrak kita atau kita menghindari dan kemudian kita bisa bahaya.

Saya lihat, bulu-bulu badannya basah kuyup, kurus, dan wajahnya terlihat basah, seperti kelelahan selesai menangis. Seperti bayi yang sehabis menangis, air matanya menempel di pipi semua. Begitulah.

Entah setan mana yang memaksa saya untuk tidak berhenti dan menepikan anak kucing tersebut. Seandainya saya perasaan sedikit menyayangi pasti akan berhenti sebentar dan mengangkat anak kucing itu. Membawanya pulang atau merawatnya. Tapi tidak saya lakukan.

Setelah saya sampai ke rumah baru kepikiran, betapa kejamnya saya. Perasaan bersalah itulah yang kemudian menjadikan saya teringat pada anak-anak saya. Bagaimana jika anak saya bernasib seperti anak kucing tersebut.

Mungkin saja anak kucing itu dibuang oleh orang karena indukannya melahirkan di rumahnya. Mereka tak mau memelihara anak kucing tersebut. Banyak di antara kita mungkin yang melakukan itu, karena malas memelhara kucing kampung seperti ini.

Anak kucing! Ia tak minta dilahirkan menjadi anak kucing kampung. Jika bisa memilih, mungkin akan memilih dilahirkan sebagai kucing anggora, kucing Persia, dan kucing-kucing mahal lainnya. Yang dalam kehidupannya sangat disayangi dan dirawat, bahkan jika sakit dibawa ke dokter hewan.

Tapi ia hanyalah kucing kampung. Bahkan untuknya ikut berteduh di pelaratan rumah, dan pekarangan aja diusir-usir hingga akhirnya dibuang.

Indukannya mungkin saja tidak kuasa memberikan air susu, sehingga pergi mencarikan makan untuknya dan tersesat tidak mampu menemukan anaknya lagi. Mungkin juga seseorang telah memisahkannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline