Lihat ke Halaman Asli

Kok Mirip...

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1289572281591256767

KEMARIN petang, usai magrib berjamaah di musala kantor, seorang rekan mengajak sedikit diskusi tentang persiapan pernikahannya di teras musala. Tak lama, teman lain datang dan melihat kami berdua. Saat menatap saya, teman yang baru datang tadi langsung berujar. "Aih jilbabnya cantik, kamu kok jadi mirip..., itu lo yang main sinetron...," ucapnya.

Mendengar itu saya hanya tersenyum dan bilang: "Wah, enggak pernah nonton sinetron, enggak sempat dan kurang suka," ucap saya.

Tapi si teman kembali menegaskan, "Iya, mirip lo...."

Karena bicara mirip-miripan, saya jadi teringat tentang Gayus. Ada yang mirip Gayus nonton pertandingan tenis di Bali, padahal posisi tersangka kasus pajak ini tengah diproses dan berada di bui.

Foto mirip Gayus pun ramai dibicarakan di media maupun di dunia maya. Meskipun Gayus menyatakan foto itu bukan dirinya, soalnya berkacamata dan rambutnya mumbul (pakai wig sepertinya), toh sejumlah oknum aparat yang bertugas “menjaga” Gayus mengaku menerima upeti (suap), kalau yang bersangkutan akan klenang-klenong menghirup udara bebas. Weleh...

Gayus... Gayus... selalu bikin sensasi. Tapi ada bagusnya juga kasus mirip-miripan ini terkuak. Setidaknya kita, masyarakat luas bisa paham, betapa rapuh dan bobroknya penegakan hukum di negeri tercinta ini. Dengan “cis-cis”, semua bisa diatur. Biar dikata di dalam bui, “cis” mampu membawanya ke luar daerah, boleh jadi malah ke luar negeri.

Dengan “cis” ini juga, bisa menyulap bui bak hotel berbintang, bahkan mendatangkan dokter kecantikan yang rutin sekali pun...makanya jangan heran jika yang di dalam bui punya "cis” tak berseri, dia bisa cantik atau handsome bak artis yang terawat karena memiliki remot “cis”. Giliran mendapat piket kerja di bui, remot “cis” menyelesaikannya.

Haduh...haduh...kasihannya negeri ini. Kasihannya yang tak punya “cis”. Koruptor yang maling uang rakyat miliaran rupiah hanya divonis tak kurang dari setahun, sementara pencuri seekor ayam dijatuhi hukuman 15 tahun, bahkan ada yang belum sempat menikmati hasil malah tewas dihakimi massa. Masyaallah.

Hukum kok bisa seperti itu ya. Sekolahnya di mana ya mereka itu. Apakah saya ya yang enggak mengerti soal hukum? Entahlah....Mungkin itu karena kekuasaan si “cis”. Semoga saja masih ada penegak hukum kita yang tak menjadikan “cis” sebagai “Tuhannya”. Karena sejatinya Tuhan kita Maha Melihat dan Maha Mengetahui.*** [caption id="attachment_74895" align="alignnone" width="120" caption="dok.kompas"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline