Lihat ke Halaman Asli

Mabuk Durian

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

BULAN ini merupakan bulan banjir buah durian di daerahku. Saya lihat di beberapa jalan protokol, banyak sekali penjual dadakan buah berduri dan beraroma menggoda itu. Hmmm...sungguh, wangi durian itu selalu menggoda hidungku. Ya, meskipun saya ini penggemar durian, tetapi tidak bisa terlalu banyak mengonsumsinya. Kata orang sih nanti mambuk durian, padahal secara medis saya memiliki mag yang enggak boleh banyak-banyak (sampai lima butir durian misalnya) menikmati buah berdaging lembut ini. Kemarin malam, teman saya mengajak ke daerah sumber buah durian, Kotaagung, Tanggamus. Ya, durian dari daerah tersebut memang terkenal mantap surantap sehingga tawaran itu langsung saja saya setujui meskipun harus berangkat pagi. "Oke, tak apalah meski harus berangkat pagi," kata saya deal. Maklum, pagi adalah waktu berharga buat saya karena pada saat itulah biasanya saya baru nyenyak tidur. Namun, rekan saya lainnya menimpali. "Eit, mana bisa! besok pagi kan ada rapat bidangmu," ucapnya. Saya pun teringat. Betul juga, rapat tersebut tak bisa ditinggalkan. Dengan sedikit menawar, saya bilang ke rekan yang mengajak ke "lumbung durian" tadi agar menunda keberangkatan hingga rapat usai, paling tidak selepas makan siang. Tapi tawaran saya ditolak. Alasannya perjalanan ke Tanggamus itu sekitar dua jam jika kondisi normal. "Kalau jalan rusak begini bisa lebih lama lagi," papar rekan saya tadi. Sebuah kesempatan yang sayang untuk dilewati, tapi saya pun harus mengambil keputusan. Akhirnya, saya mendapatkan jalan keluarnya. Saya membawakan dua buah wadah plastik yang tertutup rapat ke rekan yang pergi ke "lumbung durian" tadi. Sambil berpesan: "Tolong diisi ya dua wadah ini dengan durian." Namun rekan tadi menimpali: "Untuk apa wadah itu, kan bagasi masih luas." Wah, kalian bisa mabuk durian nanti. Aromanya kan menyengat plus pake AC lagi. Nah kalau diwadah ini kan tertutup rapat, jadi baunya enggak menyebar," kata saya berargumentasi. Dengan seenaknya, rekan saya tadi bilang: "Iya deh kalau ingat ya." "Huuu...pokoknya isi durian," pinta saya. *** Tadi pagi, kami menggelar rapat, sementara rekan saya sudah dalam perjalanan ke lokasi durian. Yah, sekadar mengingatkan kawan agar tidak lupa untuk mengisi wadah plastik yang sata titipkan semalam dengan durian, lewat pesan pendek. Tetapi jawabannya singkat saja: "Sudah diisi singkok!" Saya balik balas: "Enggak mau tau, pokoknya isi durian." Pesan pendek saya tadi tidak lagi dibalas, dan saat saya hubungi lewat ponsel ternyata di luar jaringan. Sampai malam saya masih membayangkan dan menunggu dua wadah plastik berisi durian. Namun, yang ditunggu tak juga muncul-muncul. Duh, kalau begini sih, meski belum memakannya, saya bisa mabuk durian duluan nih! Mabuk menunggunya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline