Lihat ke Halaman Asli

Rama Nuansa

Jurnalis

Body Dysmorphic Disorder (BDD), Gangguan yang Bisa Menyebabkan Seseorang Tidak "PeDe"

Diperbarui: 29 Juli 2020   21:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Manusia tidak pernah merasa puas akan kebahagian. Ketika melihat kecantikan dan ganteng nya seseorang, sering mengalami akan insecure terhadap tubuh yang kita miliki. Hal seperti ini sering terjadi pada fase remaja masuk ke dewasa sekitaran usia 16- 30 tahun. Merasa takut untuk show up ke halayak umum. Manusia memang membutuhkan rasa eksistensi terhadap orang lain, dengan itu kita merasa dianggap ada akan kehidupan bersosial. Seiring kemajuan zaman dan banyak nya produk dari kecantikan akan memuat kita minder akan kekayaan rupa yang dimiliki.

Lalu, dalam pengertian seperti ini banyak yang merasa bahwa harus untuk mengubah bentuk tubuh yang dimiliki. Dalam jurnal , diketahui 93% wanita dan 87% pria peduli terhadap penampilannya, namun dibalik obesesi yang berlebihan terhadap penampilan dapat menyebabkan gangguan dismorfik tubuh atau Body Dysmorphic Disorder (BDD). 

Nah untuk itu kita harus mengetahui apa sih yang dimaksud dengan BDD, BDD adalah preokupasi mengenai kerusakan atau kecacatan dalam penampilan fisik dan menyebabkan distress dan penurunan fungsi sosial.  seseorang yang mengalami BDD akan merasa bahwa bentuk tubuh yang dimiliki tidak proporsional terhadap orang lain. 

Penilaian akan bentuk seseorang lebih condong seseorang akan mengalami BDD ini. Orang yang mengalami BDD tentunya untuk melakukan perubahan akan dirinya dia membutuhkan penelian terhadap orang lain. Sedangkan yang menjalani kehidupan dia sendiri, bukan orang lain. Nah untuk itu mengatasi BDD ini, Tentunya kita lah yang harus melakukan nya sendiri.

Seberapa bangga sih kamu memiliki tubuhmu?, pertanyaan ini diajukan untuk menilai kita sendiri. Kita sering melupakan penilaian akan diri sendiri Terkadang kita sering memerpedulikan penilaian orang lain. "kamu tuh harus nya langsing" "kamu tuh gemuk banget sih" ucapan seperti itu sering kita dengar. 

Entahlah terkadang orang lain mengatakan nya secara sengaja maupun tidak sengaja.  Terlepas dari itu semua, sudahkah kita sudah bangga akan yang kita miliki. Syukur atas kenikmatan yang tuhan telah berikan. Bersyukur adalah kunci untuk membanggakan tubuh yang kita miliki. Selepas dari perkataan orang lain tak akan mempengaruhi atas tubuh yang kamu miliki.

Melihat seseorang dengan paras cantik dan ganteng, harus kita mengikutinya?. Tentunya tidak harus kita mengikutinya, sebenarnya sebagian produk tentang keparasan seseorang harus menuntut seperti ini dan itu. Lalu Standarisasi dari kecantikan apa itu ada? tentunya dalam hal ini bisa kita coba. 

Dengan mengajak temanmu, dan tanyakan setiap temanmu apa orang itu cantik. Bisa jadi keduanya mengatakan canti, bisa jadi juga mengatakan nggak cantik. Karena kecantikan seseorang yang dimiliki hanya bisa dipandang seseorang. Takaran cantiknya seseorang hanya bisa dirasakan seseorang saja dan tidak bisa ditentukan oleh satu orang.

Pujian atau kritikan seseorang, jangan dianggap serius. Untuk itu kita harus melihat nya dengan santai dan tidak bisa untuk melihatnya terlalu dengan serius. Perkataan seseorang memang bisa setajam pisau dan selembut tisu. Namun tentang itu lah berusahalah untuk berpikir tentang kesehatan diri sendiri. 

Baik buruk nya tubuh yang kita miliki, tidak akan berdampak orang lain. Melakukan olahraga memang sangat penting, tetapi untuk melakukannya apa hanya untuk semata pujian dari orang lain tentu tidak. Dalam hal ini yang sehat selepas olahraga kita pula yang merasakannya.

Kecantikan dan keparasan seseorang berasal dari hormon oksitosin, hormon ini muncul ketika kita merasa bahagia dan rileks atas suasana yang terjadi. Senyum dari seseorang akan memuat manisnya seseorang itu benar loh. Kebahagian yang kita miliki, dalam menjalankan proses kehidupan berasal dari kita sendiri. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline