Lihat ke Halaman Asli

Birrul Waalidain – Tsamrotulqolbi Waalidain

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Seorang ayah rela memanggul kursi anyaman bambu yang berat dan menjajakannya kesana kemari..
Itu dilakukan untuk menghidupi keluarga dan buah hatinya..

Seorang ibu rela mengais sampah dan memungut sisa makanan yang tersisa dan menyimpannya didalam saku ataupun kantong plastik..
Itupun juga dilakukan untuk menghidupi keluarga dan juga buah hati..

Itu hanya dua gelintir pengliatan yang tampak dalam pemandangan kita. Masih banyak lagi yang belum kita lihat..

Sungguh betapa besar pengorbanan seorang ayah ataupun ibu yang rela bekerja keras, berkorban harta dan semua yang dimiliki untuk memenuhi dan menyenangkan buah hatinya.
Coba kita renungkan sejenak,
Pernah orang tua kita berkata “Tidak” ketika kita sebagai anak meminta dan merengek sesuatu pada orang tua??
Tidak ada kan??
Mereka hanya berkata “Iya atau nanti ya nak..”
Atau mungkin mereka seolah berkata tidak tapi ternyata sesuatu yang kita minta sudah dibungkus ataupun terletak dan tergeletak dikamar kita.

Dulu, ketik ketika kita masih kecil atau mungkin sekarangkanpun, kita tidak pernah memikirkan bagaimana upaya orang tua dalam memenuhi permintaan kita.
Kita hanya tahu sesuatu itu telah dikabulkan mereka dan kita merasa senang.
Ucapan terima kasihpun bahkan sering terlupakan kepada mereka.

Namun itulah bentuk cinta dan kasih sayang orang tua kepada buah hatinya (anak).
Sungguh betapa besar pengorbanan, cinta dan kasih sayang seorang ayah ataupun ibu.
Coba sekali-kali kita tengok guratan keriput diwajah seorang ayah dan ibu kita.
Keriput yang menjadi saksi dan tanda bahwa mereka telah menjadi bagian kerasnya kehidupan, memanggul derita, panas terik maupun hujan. Apapun mereka lakukan walaupun berat

Pernahkah kita melihat sejenak wajah itu??
Saat kita lihat, wajah itu sudah tidak muda lagi.
Saat kita lihat, wajah itu menyimpan letihnya.
Saat kita lihat, wajah itu menyimpan semua beban.
Namun mereka tidak sedikitpun menampakkanya dihadapan kita.
Dan bahkan ketika bertatapan wajah dengan mereka, mereka selalu tersenyum.
Bahkan ketika beban hidup menderapun, lagi-lagi yang kita dapati hanya senyuman demi senyuman.

Ada kekuatan dibalik keberhasilan kita dan ada kekuatan pula dibalik kehancuran kita dan itu adalah orang tua kita sendiri. Jangan memandang usianya dan sifatnya tapi pandanglah bathinnya yg makbul dalam bermunajat.

Kita bisa berdiri hari ini,
Dan seperti sekarangpun itu karena usaha keras mereka dan doa-doa mereka.
Mereka menderita asalkan kita bisa bahagia seperti sekarang.
Mereka tidak meminta balasan apapun atas jerih payah mereka tapi mereka hanya meminta belas kasih sayang kita.

Maka coba renungkan.
Sudahkah merasa bangga dengan kehadiran mereka??
Sudahkah berterima kasih atas semua jerih payah mereka??
Pernah kita menyebut mereka didalam munajat kita??
Siapakah orang yang engkau cari ketika engkau mendapat kebahagiaan??
Sudahkah kita berbakti kepada mereka??
Sudahkah kita membahagiakan mereka walaupun hanya secuil??
Sudahkah kita berbakti kepada mereka??
Sudahkah kita membalas semua yang mereka berikan??
Bisakah atau mampukah membalas semua yang mereka berikan??
Mari tanyakan pada diri kita..

#CoretanSangTsamrotulqolbiWaalidain..

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline