Lihat ke Halaman Asli

Jurnalisme Pada Jejaring Sosial

Diperbarui: 24 Juni 2015   15:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Perkembangan jaman semakin cepat, tidak hanya gaya hidup yang semakin modern tetapi teknologi pun juga ikut berkembang, terlebih media komunikasi. Pada jaman dulu alat komunikasi masih terbatas dengan menggunakan kantong bamboo untu memanggil seseorang, kemudian orang-orang Yunani mengembangkan telegraf optic, kemudian menggunakan surat yang dikirim melalui pos (Supriatna, 2006:116).

Merujuk pada teori Determinisme Teknologikal, Marshall McLuhan membagi sejarah manusia menjadi 4 periode, yaitu the tribal age, the age of literacy, the print age, dan the electronic age. Berbicara media online otomastis kita berbicara internet, internet masuk pada new media. (West, 2007 : 143).

Perkembangan ini pun berdampak didalam dunia Pers. Pers yang biasanya menulis berita pada media cetak kini sudah merambah pada media online, yang disebut Jurnalisme Online. Menggunakan internet memang dirasa sangat hemat dan efisien dibandingkan media cetak. Dalam hal pembiayaan pun, media onlie relative lebih murah dibandingkan dengan media cetak. Terlebih sekarang ini, masyarakat juga sudah menggunakan alat komunikasi yang canggih. Keluarnya smartphone di era modernisasi seperti ini membuat kebutuhan internet juga semakin tinggi.

Penggunaan media online bagi masyarakat pun juga mudah, mereka tidak perlu susah-susah membawa lembaran-lembaran koran, cukup membawa smartphone, mereka sudah bisa menikmati berita-berita yang disajikan oleh pers. Terlebih didalam jurnalisme online, berita yang disajikan tidak hanya berupa tulisan-tulisan berita saja tetapi juga gambar sekaligus video yang direkam langsung di tempat kejadian.

Hanya dengan men-download video nya saja kita sudah dapat menikmati rekaman kejadian yang direkam langsung saat kejadian dan pada waktu itu juga. Dengan media online pun, gambaran atau tampilan jurnalisme online (link atau website dari media online) mereka dapat divariasikan sebagus mungkin sehingga bisa menarik perhatian pembaca untuk terus menikmati link tersebut.

Dengan perkembangan waktu dan teknologi, informasi pun tidak hanya dapat diperoleh dari media cetak dan elektronik saja. Bahkan informasi sekarang pun dapat diperoleh dari jejaring sosial. Citizen Journalism sebutan bagi para jurnalisme warga. Artinya warga atau publik sekarang dapat menjadi seorang wartawan yang bisa menulis di media salah satunya media cetak. Kontribusi dari warga inilah yang membuat sistem demokrasi benar-benar diterapkan. Tanpa harus bersekolah dulu warga dapat memberikan aspirasi bahkan pendapat mereka yang kemudian di publikasikan.

Citizen Journalism pun sekarang tidak hanya terbatas menulis atau mempublikasikan tulisannya dalam blog maupun web-web media online. Munculnya jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter mempermudah kita untuk segera menyampaikan informasi-informasi yang ada disekitar kita khususnya keadaan jalan macet atau tidak (daerah rawan macet). Bahkan munculnya jejaring sosial ini pun juga dimanfaatkan oleh jurnalisme online itu sendiri. Artinya mereka (para Jurnalisme online) sudah tidak terbatas hanya pada web saja, tetapi juga menyebarkan berita melalui jejaring sosial.

Bahkan jurnalis online khususnya memang harus dituntut memiliki gadget atau smartphone yang dapat menunjang tugasnya dalam menyebarkan berita. Seringkali ketika kita sedang online Twitter khsusnya, pasti selalu ada akun Twitter dari media online, seperti @detikcom, @kompascom, dan @tempodotco. Dengan jejaring sosial kita akan lebih langsung dapat membacanya saat itu juga tanpa harus mencari dan membeli koran untuk membaca berita tersebut.

Jurnalisme online semakin berkembang dari awalnya hanya blog, menuju ke web, dan sekarang merambah pada jejaring sosial. Jejaring sosial seperti Twitter.com ini memang sedang genjar-genjarnya digunakan oleh semua kalangan, tidak memandang umur, jabatan, status sosial, dan pekerjaan. Maka dari itu para jurnalis khususnya para jurnalis online memanfaatkan media tersebut untuk lebih cepat menyebarkan berita yang mereka punya.

Sering kali terjadi, antara media online satu dengan yang lain terlihat saling berebutan waktu untuk mempublikasikan berita mereka. Hal ini terlihat dari seringnya merekaupdate secara berseling, contohnya setelah @detikcom muncul disusul @kompascom, kemudian @detikcom muncul lagi begitu seterusnya dan terkadang dalam waktu yang bersamaan.

Penggunaan online sebenarnya memudahkan kita untuk melakukan apa saja. Mulai dari kita bangun tidur hingga kita mau tidur lagi, internet itu tidak pernah mati, dia bisa diakses kapanpun dan dimanapun. Hanya saja tidak semua kalangan mampu menggunakannya, artinya tidak semua orang dapat memiliki gadget ataupun smartphone. Siapapun dapat mengakses internet namun tidak semua orang dapat memiliki piranti untuk mengaksesnya.

Kemudahan internet memang diakui tidak ada tandingannya, bahkan ketika suatu kejadian itu terjadi, seorang jurnalisme online dapat secara langsung memberitakan. Seperti layaknya televisi yang dapat langsung menayangkan berita secara live, dengan menggunakan internet jurnalisme online juga dapat langsung menuliskan berita tersebut dan dapat langsung menyebarkannya melalui beberapa jaringan. Mulai dari blog, web media tersebut, hingga ke jejaring sosial.

Pada jaman modern sekarang ini dengan kemajuan teknologi, beberapa pemilik media menganjurkan wartawannya memiliki banyak ketrampilan, tidak hanya sekedar menulis dan mencari berita. Seorang wartawan sekarang ini bisa memiliki ketrampilan untuk merekam video bahkan melakukan dubbing video tersebut, mencari foto yang benar-benar mengandung fotografi jurnalistik, dan pastinya dapat menggunakan internet. Wartawan pada masa modern sekarang ini harus bisa menguasai berbagai macam akun ataupun aplikasi yang menyangkut dengan internet. Mulai dari editing sound, aploud video, dan memberikan caption pada foto.

Sekarang ini wartawan harus bisa mengerjakan itu semua, tidak terpatok hanya bisa menulis saja. Mengelola akun online pun juga harus bisa dilakukannya. Kemakhiran internet inilah yang membuat munculnya jurnalisme online, dimana kegiatan jurnalistik sekarang tidak hanya dilakukan di media cetak. Surat kabar memang masih memiliki penggemar, hanya saja penggemarnya tidak sebanyak tahun-tahun 90-an.

Meskipun jurnalisme sudah memasuki era baru yaitu internet dan sudah menggunakan jejaring sosial untuk berhubungan langsung dengan masyarakat luas, tetap jurnalisme online tidak bisa memberika kesan yang luas seperti pemberitaan di media cetak. Online maupun tidak sama-sama memiliki keunggulan dan kelemahan. Hanya saja untuk jama sekarang ini, online masih menduduki tingkat atas sebagai media untuk mendapatkan informasi.

Meskipun tidak bisa selengkap membaca koran tetapi dengan membaca berita melalui twitter ataupun facebook kita bisa langsung memberikan tanggapan dan komentar mengenai artikel tersebut. Menggunakan jejaring sosial sekaligus menambah teman dan relasi dan pastinya jurnalisme online dapat dibawa dimana saja, kapan saja, dan setiap waktu para jurnalisme online senantiasa memberikan berita-berita terhangat langsung dari tempat kejadian.

Update status di twitter sekalian membaca artikel berita pada saat itu juga, mungkin ini juga yang membuat para citizen journalism memilih media online untuk kebutuhan informasi mereka.

Daftar Pustaka

Supriatna, Nana. 2006. Sejarah. Bandung : Grafindo Media Pratama

West, Richard and Lynn H. Turner.  2007. Pengantar Teori Komunikasi. Analisis dan Aplikasi. Jakarta : Penerbit Salemba




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline