Lihat ke Halaman Asli

Deny S Pamudji

Wiraswasta

Fenomena Karangan Bunga

Diperbarui: 30 April 2017   10:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Basuki Djarot boleh kalah dalam Pilkada DKI, tetapi ada fenomena yang luar biasa yang terjadi.  Entah mengapa tiba-tiba antusias warga Jakarta untuk bertemu dengan Basuki Djarot menjadi meningkat.  Ada yang memang ingin mengadukan permasalahan yang dihadapinya, tetapi banyak juga yang datang sekedar untuk menyampaikan dukungan, ucapan terima kasih, mendoakan, dan tentunya selfie (foto bersama) Pak Basuki.  Dan hari berikutnya, terjadi hal yang fenomenal, puluhan sampai ratusan karangan bunga datang.  Ketika saya menulis artikel ini jumlahnya sudah menjadi 4ribu.  Bahkan katanya, kemarin, Sabtu, 29 April 2017, banyak warga datang untuk wisata karangan bunga.

Datangnya karangan bunga yang mencapai jumlah fantastis itu, banyak juga dikomentari.  Ada yang bilang pencitraan, ada yang bilang sayang uangnya, ada yang bilang tidak mengapa toh, tidak memakai uang negara, ada yang bilang menambah sampah saja.  Berbagai komentar positif maupun negatif.  Kalau yang negatif atau abu-abu, ya, ketahuanlah siapa yang melempar komentar tersebut.  Iri karena yang menang tidak mendapat ucapan apa pun.  Kesal karena yang dipuja malah yang kalah dan bukan yang menang.  Sebal karena ternyata dukungan masih ada di pihak yang kalah.  Benci karena uangnya tidak diberikan pada mereka, tetapi pada ucapan selamat yang hari ini dipasang, dan beberapa hari kemudian dibuang.

Adanya komentar negatif, membuat orang yang mendukung Basuki Djarot bertanya balik kepada mereka.  Mengapa soal karangan bunga mereka berkomentar ini dan itu, tetapi ketika Aksi-Aksi yang diikuti ribuan orang dan membuat negara harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk mengamankan masyarakat tidak dikomentari.  Mengapa pesan yang lucu-lucu, yang menuangkan kegalauan, kesukaan, rasa terima kasih dikomentari sementara spanduk-spanduk yang bernada sara dan berpotensi memecah belah kesatuan tidak dikomentari?

Entah sampai kapan fenomena karangan bunga ini akan berakhir.  Saya menduga tidak akan cepat berakhir karena sebagian masyarakat Jakarta masih mengharapkan Basuki Djarot tetap bersama mereka.  Sebagian masyarakat Jakarta masih belum merasa cukup mengucapkan terima kasih atas sumbangsih dari Basuki Djarot.  Karena sudah belasan tahun tidak mendapatkan gubernur yang luar biasa.  Gubernur yang bersih, transparan, dan profesional.  Jadi bukan karena tidak bisa move on atau bergerak ke lain hati (ini tentunya harus dibuktikan oleh gubernur baru itu).  Kita lihat saja apakah 5 tahun mendatang, pas gubernur terpilih tidak lagi memegang jabatannya, apakah fenomena karangan bunga ini akan terulang?  Atau bunga-bunga kamboja yang akan menghiasi Balai Kota nanti?  Hanya waktu yang akan membuktikannya.

Akhirnya, luangkan waktumu jika ingin melihat karangan bunga untuk Basuki Djarot.  Besok, mungkin, pengiriman karangan bunga akan di sweeping dan karangan bunga yang ada akan dihancurkan.

Salam sejahtera untuk kita semua.  Jayalah Indonesiaku dan sejahteralah negeriku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline