Bapak Basuki Tjahja Purnama sempat mengatakan jika ERP (Electronic Road Pricing - Jalan Berbayar Elektronik) sudah diterapkan maka Trans Jakarta gratis. Saya pribadi tidak setuju hal itu. Karena dengan berbayar sekarang saja, Trans Jakarta masih megap-megap dalam pelayanan. Contoh nyata dan kebetulan saya seorang pengguna Trans Jakarta, di Terminal Kali Deres. Bis Trans banyak yang ngetem dan proses pengambilan penumpang memakan waktu yang cukup lama terutama dalam administrasi. Sehingga bis trans yang masuk sering lambat keluar. (Saya tidak pernah ambil foto, tapi silakan cek sendiri saja)
Saya pernah mengusulkan agar tiap bis Trans Jakarta dilengkapi kamera ke depan dan ke arah sopir. Maksudnya ialah agar bisa diawasi dari pusat Trans Jakarta apakah bis sedang mangkal atau dalam kemacetan. Di sana akan bisa dipantau siapa sopirnya dan berapa lama sopir tidak berada di tempatnya.
Usulan saya agar kedatangan bis Trans Jakarta bisa terpantau oleh penumpang, itu sudah dipenuhi oleh Trans Jakarta dengan menyediakan layar-layar monitor yang menyajikan berapa menit lagi bis akan datang. Cuman pengawasan di Terminal Hulu seperti Kalideres, Pluit, Pulo Gadung, mau tidak mau dengan memasang kamera ke depan dan ke sopir.
Kembali kepada wacana Bapak Basuki Tjahja Purnama untuk menggratiskan Trans Jakarta, saya cenderung mengusulkan hal yang lain, yakni pengguna Trans Jakarta cukup sekali tap untuk seharian. Jadi naik turun Trans tidak perlu bayar lagi. Sehari cukup bayar 3500. Mau ke mana pun bisa. Cuman untuk ini, saya mengusulkan agar Trans memberlakukan 1 kartu untuk 1 orang. Jadi setiap orang pengguna Trans harus mempunyai kartu tersendiri. Dan saya juga berharap agar kartu tersebut diberi identitas yang unik sehingga jika kartu tersebut hilang, maka dana yang ada di kartu tersebut bisa dipindah pada kartu pengganti dan kartu yang hilang itu otomatis tidak dapat digunakan.
Identitas pada kartu berupa no seperti kartu kredit. Dan pada kartu tersebut itu juga tersimpan nomor NIK sehingga jika kartu hilang, pengguna cukup datang ke halte Trans dan memberikan kartu identitas/nomor NIK. Kemudian pengguna harus membayar kartu pengganti, sedangkan dana yang masih ada pada kartu yang hilang bisa masuk ke kartu pengganti.
Apa alasan saya mengapa satu kartu untuk satu orang dan kartu tersebut terkait dengan NIK. Pertama supaya pengguna kartu belajar bertanggung jawab menjaga kartu seperti identitas yang lain.
Kedua supaya Trans dan pihak berwajib bisa melacak ke mana saja seseorang berjalan sehingga bisa menyiapkan bis sesuai dengan kebutuhan pengguna. Pada data base akan dapat dilacak kapan seseorang naik Trans, turun di mana, dan jumlah penumpang yang turun di satu tempat. Kedepannya data ini juga bisa melacak keberadaan seseorang / penjahat dalam melakukan aktifitasnya.
Satu kali tap untuk 1 hari Trans sudah merupakan impian saat ini. Jadi tidak perlu memberikan gratis yang bisa menyebabkan seseorang menjadi tidak disiplin dan tidak mengharga ketertiban. Hanya dengan disiplin, dan tanggung jawab, Jakarta bisa teratur.
Saya tunggu kapan impian satu kali tap untuk satu hari Trans terwujud. Kartu Trans yang terhubung dengan NIK. Kartu Trans untuk 1 orang penumpang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H