Ada calon haji yang terpaksa harus terbang ke Filipina dan tinggal di sana sebelum berangkat haji. Konon katanya ada yang sudah di sana dari bulan Mei. Ini menunjukkan mereka sangat serius dan berharap bisa berhaji. Dari kejadian itu, harusnya pemerintah bisa cepat tanggap. Selain menyidik siapa yang menyesatkan mereka, pemerintah (deplu dan depag) harusnya sudah bisa melobby Arab Saudi agar bisa menambah kuota untuk Indonesia dengan mengurangi kuota negara lain karena terbukti kuota mereka masih tersisa. Jika pihak penyesat calon haji bisa membaca peluang tersebut, mengapa deplu dan depag tidak bisa membaca hal tersebut (tentang kuota yang berlebih di negara Asean).
Hal lain ialah harusnya pemerintah (depag) bisa mulai mengatur keberangkatan haji dalam skala prioritas. Kalau saya yang mengurus, maka saya akan meniadakan kuota per daerah/propinsi. Prioritas saya yang utama ialah calon haji yang sudah usia lanjut dan telah membayar lunas. Jika ada yang belum bayar lunas, harus diinformasikan agar segera membayar lunas agar bisa diberangkatkan.
Jadi prioritas adalah calon haji yang sudah berusia lanjut dan kemudian disusul dengan orang2 menjelang tua agar bisa menemani calon haji yang berusia lanjut. Baru setelah itu anak-anak muda yang enerjik.
Seleksi tentunya juga harus mempertimbangkan kapan mereka telah mendaftar. Jangan sampai pula yang baru mendaftar bisa langsung berangkat. Jadi sebenarnya mengurusnya tidak terlalu sulit jika menggunakan program komputer sehingga semua terbuka dan setiap orang bisa melihat. Dengan demikian maka peluang untuk melakukan keistimewaan tertentu bisa dihindari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H