Ramalan Sejarah tidak sama dengan Ramalan kehidupan
Ramalan adalah usaha-usaha untuk memperoleh pengetahuan atas pertanyaan atau situasi melalui cara-cara okultisme atau ritual tertentu. Ramalan digunakan juga untuk mengetahui masa depan melalui cara-cara yang umumnya dipandang tidak rasional.Orang yang melakukan ramalan biasa disebut sebagai peramal, tukang/juru ramal, atau ahli nujum.
Pengertian ramalan sejarah menurut Kuntowijoyo adalah ekstrapolasi, atau perkiraan, berdasarkan pada historical trend. Orang mencoba menebak apa yang akan terjadi karena memiliki pengalaman lampau terhadap pola-pola kejadian yang hampir mirip. Ekstrapolasi sejarah kadang bersifat spekulatif, penuh ketidakpastian sehingga kegagalannya juga besar.
Banyak hal yang harus diperhitungkan jika kita akan meramal masa depan, spt perubahan sosial, perubahan ekonomi, perubahan politik, peristiwa yang mengubah, dan perubahan kejiwaan para pelaku sejarah.
Mengapa orang suka diramal ?
Selama beberapa dekade, para psikolog telah menyelidiki efek Barnum (atau kadang dikenal sebagai efek Forer). Fenomena ini terjadi ketika seseorang menerima umpan balik tentang diri mereka sendiri, yang diduga berasal dari prosedur penilaian kepribadian. Dengan kata lain, manusia menjadi 'korban' ilusi dari validasi pribadinya.
Efek Barnum atau dikenal juga dengan nama Efek Forer merupakan teori yang berdasar pada observasi Phineas Taylor Barnum bahwa semua manusia memiliki beberapa kesamaan, yang kemudian dibuktikan melalui demonstrasi psikolog Amerika, Bertram R. Forer.
Ramalan cuaca dilakukan karena orang mengetahui pergerakan angin, Ramalan bisnis karena orang memantau harga saham, Ramalan bencana karena orang mengetahui cuaca dan curah hujan, dll. Akan tetapi ramalan sejarah menebak kejadian yang akan terjadi menurut pola-pola yang sudah terjadi sebelumnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H