Lihat ke Halaman Asli

Semangatmu adalah Ikhtiarmu

Diperbarui: 12 September 2022   21:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Kesukaan saya pada bidang tulis menulis sebenarnya sudah dimulai sejak SMA, pada saat itu saya lebih suka menulis cerpen. Saya siapkan buku khusus untuk menulis cerpen tapi tulisan itu saya nikmati sendiri karena memang saya tidak percaya diri untuk mengirimkan tulisan saya. 

Setelah lulus SMA dan karena kesibukan kuliah, hobi menulis saya tinggalkan hingga akhirnya pada tahun 1999 saya diajak kakak sepupu saya yang terlebih dahulu masuk grup Pegiat Literasi Nusantara untuk mengikuti tantangan membuat buku antologi dengan tema Go To 2020 yang intinya harapan dan rencana yang akan di susun di tahun 2020. 

Antara ya dan tidak, maju mundur, galau menyelimuti saya. Saya ingin menulis tapi takut salah, takut tulisan saya tidak bisa dipahami orang lain dan berbagai macam kekhawatiran yang lain, tetapi keinginan saya untuk bisa menulis mengalahkan keraguan saya. 

Akhirnya saya MENCOBA ikut menulis antologi dengan tema Go To 2020 saat itu yang menjadi kurator adalah kakak sepupu saya mbak Dian Riasari. Dari situlah saya mengenal Bunda Kanjeng dan menjadi dekat dengan beliau. 

Setelah itu saya saya ikut tantangan menulis antologi yang ke 2 yaitu Bunga Rampai Pendidikan Karakter, disana saya membahas mengenai Tata Krama dalam Budaya Jawa disusul dengan antologi ke 3 dengan judul Pesona Kearifan Lokal Nusantara, saat itu saya membahas mengenai Tahlilan dalam Budaya Jawa. 

Setelah ikut menulis 3 buku antologi, semangat menulis saya semakin besar, grup pegiat literasi saya ikuti. Diantara sekian banyak tantangan, saya selalu memilih tema yang saya kuasai. 

Saya tidak perduli tulisan saya itu benar atau salah, bisa dipahami atau tidak, dengan percaya diri saya kirim naskah-naskah saya pada kurator. Biasanya sebelum buku diterbitkan, akan ada editor yang akan meneliti tulisan saya. 

Memang setiap antologi yang saya ikuti ada biaya tapi menurut saya itu sepadan dengan apa yang kita hasilkan. Selain mendapat buku yang ditulis bersama, setiap peserta antologi juga mendapatkan sertifikat sebagai peserta. 

Pada saat itu, organisasi Musyawarah Guru BK mengadakan pertemuan dan materi yang disampaikan adalah mengenai menulis. Teman-teman MGBKmeminta saya untuk mencarikan pemateri, karena waktu itu masih pandemi sehingga kegiatan dilaksanakan secara virtual. 

Dengan bangga, saya menghadirkan Bunda Kanjeng sebagai pemateri dan setelah itu teman-teman guru BK diminta untuk membuat antologi dengan tema Catatan Guru BK dalam Literasi dan Mengabdi dengan saya sebagai Kuratornya. 

Antologi tersebut menceritakan pengalaman pertama menjadi guru BK dan sepak terjang seorang guru BK dalam menangani permasalahan siswa. Hal yang membuat saya agak kecewa karena ternyata yang mengikuti antologi tersebut hanya 6 orang. Akhirnya supaya bukunya tidak terlalu tipis, bunda Kanjeng meminta saya menulis 2 cerita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline