Lihat ke Halaman Asli

Suatu Pagi di Kopi Aming

Diperbarui: 14 Februari 2017   14:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.pribadi

Kota Pontianak bisa dibilang kota dengan segudang kedai kopi. Mulai dari yang bernuansa modern hingga kedai kopi tradisional di berbagai pinggiran jalan.

Kedai kopi Aming (Aming Coffee) merupakan salah satu kedai kopi yang cukup tersohor di kota Pontianak. Referensi ini saya dapat dari seorang driver yang kala itu saya serbu dengan segudang pertanyaan tentang kuliner khas Pontianak.

Pagi hari di kedai kopi Aming sudah dipenuhi dengan banyak orang. Tujuannya pun bermacam-macam. Ada yang sekedar duduk menikmati kopi di pagi hari. Ada yang memang berniat sarapan bersama keluarga. Bahkan ada juga yang menjadikan kedai kopi ini sebagai meeting point dengan kawan-kawan lama untuk bereunia-ria. Di kedai kopi Aming sangat jarang menemukan orang yang sibuk dengan gadgetnya. Semua orang saling berbincang, bercerita, tertawa, dan sesekali mengabadikan moment kebersamaan itu dengan berfoto. Tapi mereka tidak sama sekali sibuk dengan handphonenya masing-masing.

Kedai kopi Aming sangat hidup. Mengingatkan saya dengan kedai kopi yang dulu sering dikunjungi oleh kakek saya untuk sekedar minum kopi dan membaca koran di pagi hari. Kedai kopi pada zaman manusia memang hanya dapat berbincang dan belum mengenal segala bentuk teknologi komunikasi seperti sekarang. Rasanya, mesin waktu si Doraemon sedang membawa saya kembali ke masa 21 tahun silam.

Gelak tawa tak berhenti di sini. Mengaburkan suara pengamen pinggir jalan yang bahkan sudah dibantu oleh suara gitar dan gendangnya. Suara tawa jauh lebih riuh. Bersanding dengan suara seruput kopi dan suara cangkir yang beradu. Sangat seksi.

Rasa kopinya mungkin tak perlu saya jabarkan secara eksplisit. Penjelasan ini mudah-mudahan cukup merepresentasikan apakah kopi ini membuat ketagihan atau tidak. Dua cangkir kopi ditemani roti srikaya yang khas, ditambah 3 bungkus kopi Robusta saya bawa pulang seselesainya bertandang dari tempat ini. Siapa tahu saya bisa meracik kopi dengan rasa-rasa yang mendekati, pikir saya. Untuk harganya sendiri (info paling penting sejagad raya untuk kaum-kaum yang ngga mau kena jebakan batman sama makanan mahal kayak saya *lol*) lumayan terjangkau. Satu cangkir kopi susu ini harganya Rp 9.000,-, sedangkan roti srikayanya Rp 5.000,-. Si kopi bubuk robusta 100 gram ini sendiri harganya Rp 10.000,-. Cerita punya cerita, kopi bubuk Aming ini juga sering dijadikan orang-orang sebagai "buah tangan" dari Pontianak. 

Dok.pribadi

Dok.pribadi

Saya memang pengagum, sekaligus pemburu kedai kopi yang tak terjebak dengan arus modernisasi. Meski tidak bisa digeneralisir, setidaknya sebagian besar kedai kopi lama yang saya kelilingi jarang sekali yang menyediakan fasilitas wifi. Seakan memaksa setiap manusia yang duduk di sana tidak punya pilihan lain selain berbicara satu sama lain. Buat saya, secanggih apapun fasilitas yang diberikan warung-warung kopi kekinian  tidak akan pernah bisa mensubstitusi indahnya sebuah perbincangan dan gelak tawa yang alami, yang seringkali saya temukan di kedai-kedai kopi tradisional. Jika berada di Jakarta, anda mungkin bisa mencoba ke salah satu kedai kopi yang memiliki atmosfer yang sama, Kopi Es Tak Kie yang terletak di Gang Gloria, Glodok, Pecinan Jakarta. Ya, tiap orang bebas memiliki kecintaannya masing-masing. Jangan salahkan saya jika menjadi pendukung garis keras keberadaan kedai kopi tradisional di dunia ini :D

Jadi, kapan kita bisa ngopi darat di kedai kopi andalan saya? *wink!

Dok.pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline