Overweight atau kelebihan berat badan pada remaja menjadi salah satu tantangan utama kesehatan masyarakat di Indonesia. Menurut data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, prevalensi overweight di kalangan anak-anak dan remaja usia 5--19 tahun mencapai 12,5% secara nasional. Sulawesi Selatan turut mencatat tingginya angka obesitas, meskipun data spesifik pada kelompok usia remaja membutuhkan analisis lebih rinci (BKK, 2022). Masalah ini tak lepas dari perubahan gaya hidup di era modern, termasuk pola makan yang kurang sehat, minimnya aktivitas fisik, dan pengaruh lingkungan sosial yang sering kali mendukung kebiasaan buruk. Sebagai kelompok usia yang sedang berkembang secara fisik dan emosional, remaja memerlukan perhatian khusus untuk mencegah dampak buruk overweight terhadap kesehatan jangka panjang mereka.
Aktivitas fisik remaja di Indonesia masih sangat rendah. Data menunjukkan bahwa hampir 88% anak usia sekolah dan remaja tidak mencapai rekomendasi minimal aktivitas fisik harian, yaitu 60 menit per hari. Hal ini diperburuk oleh kebiasaan duduk dalam waktu lama, seperti bermain gadget atau menonton televisi. Overweight pada remaja tidak hanya berdampak pada fisik tetapi juga pada aspek psikososial mereka. Obsesi terhadap citra tubuh sering kali membuat remaja memilih pola diet yang tidak sehat, yang justru dapat memperparah masalah berat badan. Dukungan sosial dan lingkungan yang kurang mendukung kebiasaan hidup sehat turut berperan sebagai penyebab overweight.
Secara medis, kelebihan berat badan meningkatkan risiko gangguan metabolik seperti diabetes tipe 2, hipertensi, dan penyakit kardiovaskular di masa depan. Pada aspek psikososial, remaja dengan overweight cenderung mengalami rendahnya rasa percaya diri, depresi, dan stigma sosial, yang dapat mengganggu perkembangan mental dan emosional mereka
Untuk mengatasi masalah overweight pada remaja, diperlukan pendekatan intervensi yang holistik, meliputi edukasi, perubahan pola makan, peningkatan aktivitas fisik, dan dukungan psikososial. Intervensi yang paling umum diterapkan dalam lingkungan keluarga pada remaja yang mengalami overweight meliputi perubahan pola makan seluruh anggota keluarga ke arah yang lebih sehat, rutin melakukan aktivitas fisik, serta mengganti kebiasaan kurang sehat dengan budaya yang lebih peduli terhadap kesehatan setiap individu di dalam keluarga (Sari dkk., 2019). Berikut beberapa strategi yang dapat diterapkan:
1. Edukasi Gizi di Sekolah: Program edukasi gizi harus diperkuat untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang pentingnya pola makan sehat dan seimbang. Edukasi ini dapat dilakukan melalui pelajaran di sekolah, seminar, atau kegiatan komunitas.
2. Fasilitasi Aktivitas Fisik: Pemerintah dan sekolah dapat menyediakan fasilitas olahraga yang memadai dan mengadakan kegiatan rutin yang melibatkan aktivitas fisik. Kampanye seperti "Gerakan Masyarakat Hidup Sehat" (GERMAS) juga dapat didorong.
3. Kampanye Pola Hidup Sehat: Penyebaran informasi melalui media sosial, komunitas, dan organisasi remaja tentang bahaya overweight dan pentingnya hidup sehat dapat meningkatkan kesadaran remaja.
4. Pendekatan Berbasis Keluarga: Keluarga memegang peranan penting dalam pembentukan kebiasaan sehat. Orang tua dapat diajarkan untuk menyediakan makanan sehat di rumah dan mendorong aktivitas fisik bersama anak-anak mereka.
5. Pengendalian Iklan dan Promosi Makanan Cepat Saji: Kebijakan yang mengatur iklan makanan dan minuman tinggi gula dapat membantu mengurangi pengaruh negatif pada pola makan remaja.
Kesimpulan
Masalah overweight pada remaja merupakan isu yang kompleks dan membutuhkan solusi berkelanjutan. Dengan prevalensi yang terus meningkat, termasuk di Sulawesi Selatan, langkah-langkah pencegahan dan intervensi yang efektif menjadi sangat penting. Melalui kolaborasi antara pemerintah, sekolah, keluarga, dan masyarakat, diharapkan prevalensi overweight pada remaja dapat ditekan, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi generasi yang sehat dan produktif