Lihat ke Halaman Asli

Kehebatan di Balik Kata "Khidmah Santri"

Diperbarui: 16 April 2018   23:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(dok. pribadi)

Santri memiliki makna sama dengan murid. Yang membedakan hanyalah tempat dimana mereka berada. Santri julukan untuk anak yang berada dipondok pesantren sedangkan murid julukan untuk anak yang berada diluar pindok/didalam sekolah. Meskipun santri juga sekolah akan tetapi jika masih berada dilingkup pondok pesantren mereka tetap saja dijuluki sebagai seorang santri.

Santri atau murid berasal dari bahasa Arab ٌتِلْمِيْذ

Menjadi seorang santri bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan untuk semua orang. Seorang murid belum tentu kedudukan bisa dijuluki menjadi seorang santri. Akan tetapi seorang santri tentu secara otomatis telah menjadi murid pula.

Kenapa dikatakan seperti itu? Karna jika kedudukan hanya sebagai seorang murid, mereka lebih mengutamakan 1 kewajibannya saja yaitu "belajar". Sedangkan didalam jati diri seorang santri selain harus belajar mereka juga akan mencari-cari barokah dari kyai dan bu nyai nya. Bagaimana pun caranya ilmu yang didapat harus benar-benar bermanfaat bagi dirinya, anak-cucunya, masyarakat, negara serta barokah dunia dan akhirat.

Disini saya akan menceritakan kehebatan-kehebatan dari seorang santri. Yang mana disini santri biasanya hanya dikenal sebagai ahli kitab karna santri identik dengan mengaji. Tapi kali ini mereka berbeda.

Dipondok yang saat ini saya tinggali yaitu Pondok Pesantren Sabilurrosyad yang berada di Kota Malang kecamatan Sukun dibawah asuhan KH. Marzuki Mustamar. Disini semua santri diajarkan untuk multitalent baik santri putra maupun santri putri. Apapun yang akan terjadi dimasyarakat harus dipelajari saat ini. Dengan tujuan agar kelak tidak kaget saat sudah benar-benar terjun didalam masyarakat.

Santri putri kudu sregep ngaji(harus bisa mengaji), kudu sregep sekolahe/kuliahe(harus rajin sekolah/kuliahnya) kudu iso masak (harus bisa masak), kudu iso mimpim diba'an/tahlil (harus bisa memimpin diba'an/sholawatan/tahlilan), kudu iso ngatur keuangan (harus bisa mengatur keuangan), dan masih banyak lagi.

Santri putra pun begitu. Mereka kudu sregep ngaji (harus rajin mengaji),yo sregep sekolahe/kuliahe (ya rajin sekolah/kuliahnya), iso masak masio lanang(bisa masak meskipun laki-laki), iso mimpin diba'an/tahlil (bisa memimpin diba'an/tahlil), bahkan yo kudu iso gotong royong (yo harus bisa gotong-royong), mulai dari membantu ngecor (dalam bahasa Jawa yang menyebutkan pada awal mula membangun gedung/rumah/pondok/dll), bersih-bersih area pondok hingga menjaga parkir motor putra-putri.

Santri pun tak kenal lelah, sebagaimana kyai pun mencontohkan hal itu. Meskipun waktu untuk belajar nya pun terombang-ambingkan tetapi solidaritas mereka pada sesama tetap nomor 1.

Sebodoh-bodohnya seorang santri ketika ia ikhlas dan lillah mengabdi pada ndalem (kyai dan bu nyai) ilmu yang mereka dapat akan lebih berlipat ganda dibanding dengan murid yang paling pintar.

Ibarat pepatah "orang yang paling pintar akan kalah dengan orang bejo".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline