Lihat ke Halaman Asli

Bernostalgia Bersama Pendekatan Waldrof

Diperbarui: 7 April 2017   08:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalamu'alaikum saudara kompasiana

Apa kabar semua? Bagaimana dengan aktivitas-aktivitas keseharian Anda? Sudah kah bahagia hari ini?

Semoga selalu dalam lindungan Allah swt.

Tahukah saudara kenapa harus dengan judul diatas? Dan apasih maksud isi dari adanya judul seperti itu?

Saya yakin, saudara tidak bertanya-tanya tentu nya. Hihi

Wong yo gak garai kepo toh? Aku pun yo gak kepo asline. Hehe. Tapi ndak opo2, kita simak bareng-bareng aja meskipun ndak memikat hati. Setidaknya sudah membahagiakan penulis karna sudah dibaca artikelnya☺☺

sudah sudah. Kok malah ngonyol toh ini. Ntar malah kebanyakan rekayasa nya dari pada tulisan sesungguhnya😊.

Nah kita mulai yah. Jadi kita kali ini akan bernostalgia smasa kecil dulu saudara bersama pendekatan waldrof.

Sebelum nya tahukah Anda apa itu pendekatan waldrof? Pendekatan waldrof menurut Rudolf Steiner ialah menciptakan teori tentang perkembangan anak terfokus pada raga anak yang dimiliki nya, anak meniru orang dewasa yang ada disekitar nya untuk memperlajari atau mengenali tentang dunia. Model pendekatan waldrof ini bertujuan untuk meningkatkan lingkungan pembelajaran yang sehat, tidak tergesa-gesa, dan sesuai dengan perkembangan anak usia dini.

Pada pendekatan waldrof ini memiliki 3 (tiga) teknik permainan untuk anak. Diantaranya melalui:

1. Teknik Pupet

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline