Lihat ke Halaman Asli

Jika Saya Menulis Berarti Saya Sedang Tidak Baik-baik Saja

Diperbarui: 19 September 2022   16:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. kagama.co

Tulisan ini saya dedikasikan untuk diri saya sendiri. Setelah setahun saya vakum dari Kompasiana, kini tetiba muncul kembali gairah menulis dengan tulisan yang agak berbau melankolis.

Tetiba saya berhenti menulis artikel bertemakan drakor, dan yang sebelumnya tentang sosial budaya. Bukan berarti saya berhenti nonton drakor dan tidak tertarik lagi dengan hal-hal yang bertemakan sosial budaya.

Hampir setiap hari saya masih menyisihkan waktu menikmati drakor. Baru-baru ini saya telah merampungkan Big Mouth dan Alchemy of Soul, lalu sedikit bergeser ke drama Thailand yang bertemakan LGBT, Love in The Sky.   

Tapi disini saya tidak sedang membicarakan drakor. Disini saya ingin mengungkapkan mengapa saya ingin kembali menulis di Kompasiana. Sesuai dengan judul, Jika Saya Menulis Berarti Saya Sedang Tidak Baik-baik Saja. Ya... saya memang sedang tidak baik-baik saja.

Jika baik-baik saja biasanya memang saya akan malas untuk menulis. Jika baik-baik saja biasanya saya akan terlena dengan hal yang membuat saya baik-baik saja. Lalu mengapa saya kini dalam kondisi yang tidak baik-baik saja?

Jenuh dan bosan. Mungkin itu kata yang tepat untuk mendefinisikan kondisi saya saat ini. Jenuh bosan dengan hal yang itu-itu saja. Jenuh bosan dengan sesuatu yang membuat saya seperti jalan di tempat.

Putus asa. Itu juga bisa membuat kondisi saya tidak sedang baik-baik saja. Putus asa mulai menggerogoti saya ketika suatu hal terjadi diluar kendali saya. Ingin melangkah namun bingung harus bagaimana lagi. Itu yang mungkin sedang saya alami saat ini.

Entah mengapa pada akhirnya menulis menjadi jalan terakhir untuk menghibur diri saya. Menulis pada akhirnya menjadi solusi atas kegelisahan yang saya alami saat ini.

Menulis seperti suatu terapi jitu untuk membunuh kejenuhan dan keputusasaan itu sendiri. Menulis serasa seperti terbang ke angkasa atau sedang mengarungi Samudera Hindia. Padahal saya belum pernah melakukan itu semua.

Menulis seperti terapi bagi saya. Terapi menulis pertama kali dicetuskan oleh James W. Pennebaker pada tahun 1989. Pennebaker adalah seorang professor di bidang Psikologi Sosial yang banyak meneliti tentang manfaat dari kegiatan menulis (www.dictio.id).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline