Lihat ke Halaman Asli

Gordang Sambilan: Mengenal Alat Musik Tradisional Masyarakat Mandailing

Diperbarui: 27 Juli 2021   09:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Sumber: Balai Arkeologi Sumatera Utara, 2014)

Apabila kita berkunjung ke Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara kita akan melihat berbagai tinggalan budaya masyarakat Mandailing yang ada disana. Ya... Kabupaten Mandailing Natal sangat kental dengan tinggalan budayanya yang mana wilayah tersebut didiami oleh sebagian besar masyarakat bermarga patrilinear yang beretnis Mandailing. 

Terdapat beberapa rumah-rumah tradisional dan juga rumah adat yang biasanya mewakili masing-masing marga, seperti marga Lubis, Nasution, Rangkuti, dan lain sebagainya. Biasanya di salah satu rumah adat tersebut menyimpan beberapa tinggalan budaya yang masih digunakan hingga saat ini. Salah satunya adalah Gordang Sambilan.

Gordang Sambilan merupakan alat musik tradisional masyarakat Mandailing yang hingga saat ini masih digunakan untuk upacara-upacara adat. Gordang Sambilan ini seperti gendang yang jumlahnya sembilan namun dibuat dengan berbagai ukuran sehingga dapat menghasilkan bunyi nada yang berbeda-beda.

Gordang Sambilan biasanya dimainkan oleh enam orang dengan nada gendang yang paling kecil 1,2 sebagai taba-taba, gendang 3 tepe-tepe, gendang 4 kudong-kudong, gendang 5 kudong-kudong nabalik, gendang 6 pasilion, gendang 7,8,9 sebagai jangat (wikipedia.com).

Dalam memainkan Gordang Sambilan biasanya diikuti atau diiringi oleh alat musik lain yaitu uning-uningan yang terdiri dari alat musik tiup dan pukul. 

Gordang Sambilan sudah digunakan turun-temurun oleh masyarakat Mandailing bahkan sebelum Islam masuk ke wilayah tersebut. Sebelum mengenal Islam, masyarakat Mandailing menggunakan Gordang Sambilan untuk upacara adat dalam ritual memanggil roh nenek moyang. Biasanya dipimpin oleh seorang datu yang masyarakat Mandailing menyebutnya dengan sibaso.

Upacara adat tersebut biasanya dilakukan agar roh nenek moyang dapat membantu masyarakat Mandailing dalam mengatasi masalah atau kesulitan yang dialami. Bisa juga dilakukan agar hajatan yang dilakukannya dapat berjalan dengan lancar dan terkabul apa yang diinginkannya. 

Saat ini Gordang Sambilan digunakan saat ada upacara pernikahan dan kematian. Biasanya saat upacara pernikahan terdapat rangkaian acara dan yang paling menarik perhatian adalah Horja Godang. Ketika Horja Godang itulah Gordang Sambilan ini dibunyikan. Horja Godang dan Gordang Sambilan ini merupakan dua hal yang tak terpisahkan. 

Gordang Sambilan adalah sebagian dari sekian tinggalan budaya Mandailing yang masih dilestarikan hingga kini. Berharap generasi-generasi muda tidak meninggalkan budaya luhur nan agung ini. Dengan tetap melestarikan tinggalan budaya berarti kita turut membangun bangsa yang lebih bermartabat. 

Salam Budaya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline