Lihat ke Halaman Asli

Ekskavasi di Situs Kotacina, Para Tenlok Kesurupan

Diperbarui: 13 Juli 2020   06:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Kala itu sekitar tahun 2016, saya bersama rekan kerja dari Balai Arkeologi Sumatera Utara bekerjasama dengan EFEO (Ecole Francaise d'Extreme-Orient) tengah melakukan penelitian di Situs Kotacina, Medan Marelan, Medan, Sumatera Utara.

Penelitian yang dilakukan pada tahun 2016 ini sudah kali kelima sejak tahun 2011. Penelitian yang diketuai oleh Bapak Daniel Perret memfokuskan pada kajian permukiman pada masa-masa Hindu-Buddha di pesisir Sumatera bagian Timur. Penelitian tersebut juga dibantu oleh puluhan tenaga lokal (tenlok) yang merupakan penduduk setempat dan juga para mahasiswa jurusan Sejarah dari Universitas Negeri Medan dan Universitas Sumatera Utara.

Banyak temuan hasil ekskavasi yang didapatkan, terutama temuan kerang, pecahan keramik, dan tembikar. Selain itu temuan-temuan tulang juga banyak didapatkan di beberapa kotak ekskavasi, baik itu tulang binatang maupun tulang manusia.

Kondisi tanah yang terus berair karena memang lokasi situs terletak tidak jauh dari garis pantai Selat Malaka membuat kita selalu menggunakan genset agar air tidak menggenangi kotak ekskavasi.

Pada suatu ketika, tepatnya sekitar pukul 15.00 WIB masih pada kedalaman 20 cm di kotak ekskavasi berukuran 6 x 6 meter (kira-kira saya lupa), ketika para tenlok tengah menggali tiba-tiba menemukan sejumlah tulang. Awalnya hal itu masih dianggap biasa karena seperti ekskavasi sebelumnya tulang-tulang banyak ditemukan diberbagai tempat.

Semakin digali semakin terlihat jelas struktur tulang-tulang tersebut. Dan ternyata semakin digali lagi semakin terlihat menyeluruh bahwa tulang-tulang tersebut masih tersusun rapi dan wujudnya nampak jelas. Spontan para tenlok ketakutan, apalagi posisi mayat-mayat tersebut tidak berorientasi. Sepertinya asal letak atau asal kubur saja, tidak seperti posisi pada makam-makam umumnya.

Bau anyir mulai menyelimuti area tersebut. Apalagi posisi kotak ekskavasi berada di lahan kebun warga yang teduh dengan banyak pohon, menambah suasana mistis di area tersebut.

Tiba-tiba gosip penemuan mayat manusia sudah mulai menyebar kemana-mana. Ratusan bahkan mungkin ribuan warga berdatangan ingin melihat penemuan tersebut.

Disisi lain para tenlok masih saja membantu kami melakukan ekskavasi. Namun entah dikarenakan apa, tiba-tiba tenlok wanita tidak sadarkan diri. Serta merta digotong tenlok tersebut menghindari kerumuman masa yang semakin sesak. Ternyata tidak hanya tenlok tersebut, masih ada lagi beberapa tenlok lain yang pingsan terutama para wanita. Lalu tenlok-tenlok tersebut dibawa pulang ke rumah, setidaknya agar mereka merasa tenang.

Polisi dan ambulan mulai berdatangan, karena isu penemuan tersebut sudah terdengar di mereka. Melihat antusias warga yang begitu luar biasa, kami memutuskan untuk tetap melanjutkan penelitian sampai semua mayat-mayat tersebut terdokumentasi dengan baik dan terangkat. Jika tidak, keesokan harinya bisa dipastikan kotak ekskavasi akan rusak digali warga.

Melihat kejadian tersebut, Polisi dan pihak forensik bernegosiasi dengan ketua kami Bapak Daniel untuk mengambil mayat-mayat tersebut karena ditakutkan dulunya pernah ada kejadian kasus pembunuhan yang mayatnya dikuburkan dilokasi tersebut. Siapa tau ada sederetan daftar nama-nama orang hilang yang bisa ditemukan. Setidaknya itulah argumen mereka. Polisi ingin melakukan otopsi terhadap mayat-mayat tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline